.

.

Jumat, 22 November 2013

Prahara Keluarga Solusinya Bertobat

Firibook, Jumat (22/11/2013) - Dua hari ini secara berturut-turut dan kebetulan saya jadi "konsultan keluarga" partner curhat bagi seorang  rekan dan seorang keluarga yang saat ini tengah terlibat prahara dalam keluarganya, ancaman perceraian.

Sebagai teman dan keluarga hampir saja saya memposisikan diri sebagai pendukungnya. Mendukung dan mendorongnya untuk menceraikan pasangannya.


Namun saya teringat bahwa perceraian adalah perbuatan halal yang sangat dibenci Allah dan perceraian adalah salah satu prestasi terbaik setan selain menjerumuskan seorang Muslim pada kekafiran dan kesyirikan.


Maka dengan dua ancaman ini, saya memilih memposisikan diri untuk tidak menjadi pendukung bagi perbuatan yang dibenci Allah dan tidak menjadi sekutu setan mewujudkan pencapaian prestasinya itu.

Tentunya dalam kondisi yang penuh dengan kemarahan dan kemurkaan begitu banyak alasan yang mudah ditemukan dan diungkapkan untuk menguatkan niat mereka untuk menggugat cerai istri/suaminya.

Namun saya mengingatkan bahwa jangan lupa dulu pun kita betapa banyak alasan untuk memilih mereka untuk menjadi pasangan hidup.

Saya menuturkan bahwa hasil sebuah survei terhadap orang-orang yang pernah bercerai dan menikah lagi, hasilnya lebih dari 80 persen pernikahan kedua tersebut berujung kembali pada perceraian.

Bisa jadi itu adalah salah satu wujud kebencian Allah kepada pelaku perceraian. Akan ada perceraian dan prahara selanjutya dan selanjutnya.

Lagi pula perceraian bukanlah salah satu solusi yang direkomendasikan oleh para pakar dan konsultan keluarga Islam untuk menyelesaikan permasalahan dan prahara berkeluarga.

Namun penyelesaian yang direkomendasikan adalah dengan sama-sama bertobat dan meminta ampunan kepada Allah atas dosa yang dilakukan masing-masing. Siapa tahu dengan kelemahan sebagai manusia kita lupa telah banyak berbuat dosa, di antaranya lupa menunaikan kewajiban ibadah dan tak sadar telah melakukan berbagai kemaksiatan.

Karena setiap permasalahan di kehidupan ini pasti ada campur tangan Allah, Allah pemilik skenarionya. Dan Allah menghendaki kebaikan bagi ummatnya.

Bahwa kita patut berprasangka baik kepada Allah bahwa bisa jadi prahara keluarga yang dialami merupakan wujud cinta Allah dengan memperingati atas kelalaian, kesombongan dan kemaksiatan yang telah dilakukan.

Sebenarnya bagi seorang Muslim yang takwa, perkara baik dan buruk merupakan anugerah. Yakni hanya bagi yang bersyukur jika ditimpakan kebaikan dan bersabar bagi yang ditimpakan keburukan.

Masalah berkeluarga akan menjadi anugerah jika karena itu kita menjadi ingat dan dekat kepada Allah. Sebaliknya masalah akan menjadi musibah jika kita lupa dan malah menjauh dari Allah.

Kebanyakan pula..kita sering lupa jika tengah terhimpit masalah dengan mengadukan dan menyerahkan/memasrahkan kepada Allah masalah kita.

Kita teramat sombong untuk merasa bisa menyelesaikan masalah tersebut. Padahal ada Allah sebagai pemilik masalah yang dengan kuasanya dengan mudah bisa menyelesaikan masalah dalam keluarga kita.

"Jangankan mengadu dan berdoa pada Allah, shalat pun saya sudah tidak pernah," ujar teman mengakui. Nauzubillah...

Benarlah kata para bijak bestari, masalah sebenarnya bukan berasal dari luar diri kita, tapi berasal dari diri kita sendiri. Betapa kurang ajarnya kita karena berani-beraninya menentang Allah. Enggan menunaikan apa yang seharusnya kita laksanakan sebagai umat yang telah diberi nafas dan kehidupan oleh Allah.


"Bersyukurlah kawan, masalah yang engkau hadapi ini wujud peringatan Allah agar kita kembali kepadanya. Dan tidak semua orang diberikan prahara seperti ini. Hanya orang-orang yang mampu dan dipilihlah bisa mendapatkan ujian ini. Anda dipilih untuk naik tingkat/kelas maka diberikan ujian," tuturku. Wallahuallam.(@firlafiri)