.

.

Senin, 18 November 2013

Menamatkan Kitab Al-Lu'lu wal Marjan

Firibook, Senin (18/112013) - Alhamdulillah klar juga subuh ini menamatkan kitab Al-Lu'lu wal Marjan, mutiara hadist-hadist sahih yang disepakati dua pakar hadist utama Bukhari dan Muslim.

Buku setebal dengan ukuran panjang telunjuk itu saya cicil membacanya tiap usai menunaikan shalat. Sengaja saya simpan di masjid agar lebih disiplin membacanya usai shalat. Pernah mencoba untuk membacanya di rumah, tapi ternyata godaan di rumah lebih banyak untuk membengkalaikannya. Ada TV, ada anak yang ingin di ajak bermain, ada istri yang menarik untuk digoda.


Disimpan di masjid semoga pula ada jamaah yang tertarik membacanya pula. Hanya beberapa yang tertarik membukanya. Sekali-kali kami mendiskusikannya.


Buku ini dalam coretan sudut saya ternyata sudah saya beli sejak 2006 lalu. Dan baru tujuh tahun kemudian baru sempat saya baca. Nasibnya sama dengan koleksi buku saya yang lain. Dibeli dan dipajang. Baru bisa baru sempat dibaca setelah kesibukan dan kelelahan berjurnalis tak lagi mendera.

Seperti halnya dua koleksi tafsir yang saya miliki pula, Tafsir Al Azhar (Hamka) dan Tafsir Al Mishbah (Quraish Shihab). Selama bertahun-tahun dua tafsir itu saya miliki baru mampu dan sempat dibaca beberapa lembar saja. Hingga akhirnya Jumaat kemarin saya putuskan melelang/menjual ke rekan Tafsir Al Mishbah, meggantinya dengan kitab fiqih Islam wa Adillatuhu 10 edisi karya Prof DR Wahbah Az-Zuhaili.  

Info dari seorang tetangga yang aktif di pengajian Wahda Islamiah, kitab ini kini rutin dikaji dipengajian kelompok Islam tersebut dan telah berlangsung selama setahun dua tahun belakangan.

Ada 1.906 buah hadist sangat sahih (karena disepakati Bukhari dan Muslim) dalam kitab ini. Ha...berarti saya sudah membaca hampir dua ribu hadist dong.... Yah..gak nyantol semua diingatan sih..tapi insyaalah sudah sedikit banyak menjadi bekal, pengingat sandaran dan pedoman berIslam bagi saya.

Awalnya dengan mencicil bacaan "berat" ini adalah upaya saya mempertahankan adrenalin deadline yang selama ini saya nikmati di pekerjaan berwartawan. 

Hikmah dengan menamatkan kitab ini (yang saya rasakan) ternyata saya masih teramat bodoh, masih banyak kemaksiatan dan kedholiman yang saya lakukan, makin merasa malu karena amalan dan ketakwaan belumlah sebesar biji tahi kuku yang dilakukan, makin merasa ketakutan dan sekaligus gembira menjadi ummat Islam ummat Nabi Muhammad salallahualihi wa sallam.

Kenapa bukan dari dulu referensi ini saya baca..?

Agar lebih awal mengetahui segala hal tentang perilaku, ucapan, kebiasaan Rasulullah dan sahabatnya untuk menjadi teladan hidup dan berislam. Menyesal dengan kegegabahan tingkah, ucapan, pikiran dan perenungan selama ini.

Misalnya melalui salah satu hadist (kurang lebih) "Jika pada hati seseorang masih ada iman sebesar biji zarah maka itu menjadi "modal" untuk masuk surga" Bertekad untuk tak lagi mudah mendiskreditkan manusia muslim yang lain.
 
Agar bisa memiliki SOP (standard operational prosedur) yang jelas, rinci dan berberkah bagi kehidupan berkeluarga, berwarga, dan berbisnis.

Agar tak lagi asal dan seenak hati menafsirkan perintah dan larangan (yang ternyata sebenarnya agar sesuai dengan nafsu keinginan semata), padahal ada yang lebih detail mengaturnya.(@firlafiri)