.

.

Selasa, 10 Desember 2013

Mandi di Sungai Kenakalan Masa Kecilku


Firibook, Senin (9/12/2013) - Hari Minggu kemarin (8/12/2013), keluarga kami bersama warga kompleks Griya Intan Lestari menggelar arisan di kawasan Kebun Buah Naga milik Bosowa di daerah Palangga, Gowa. Sekitar 30 km dari Makassar.

Acara makan-makannya, buah naganya, maupun pemandangannya sontak tak lagi menarik perhatian saya setelah mengetahui ada sungai besar yang mengalir di bawah kawasan kebun seluas lebih dari 10-an hektar itu.
Berakhir pekan keluar kota sungguh tak lengkap dan berkesan jika tidak main air. Kali ini lebih lengkap lagi karena main air di sungai.

Sungai bagi saya menempati ruang tersendiri dalam cerita kecil saya. Sungai adalah kenakalan saya. Ketika anak-anak lain keranjingan main layang-layang, kelereng, panjat pohon. Saya memilih dan menemukan kenikmatan dengan mandi di sungai.

Jika musim banjir saja saya mandi bisa seharian hingga mata memerah menyala karena penuh dengan lumpur. Ini pula pertanda saya harus siap dimarahi ibu kami. Rasanya tidak ada kemarahan lain ibu saya selain kebingungan mencari saya mandi dikawasan sungai mana lagi.

Sungai alirannya adalah dinamika dengan banyak pelajaran hidup bagi kami anak-anak desa. Pelajaran itu berupa kesetiakawanan, kreativitas, survaif, kepasrahan, perayaan akan kebesaran Allah, hingga memahami nikmat dan kegembiraan dibalik sesuatu yang buruk dan tak sesuai pakem normal.

Sungai betul-betul gairah tak bertepi bagi saya. Melihatnya membuat saya berbinar-binar dan menjadi tak waras. Kemarin, saat baru survei lokasi sungai saja, saya sudah langsung menceburkan diri dengan girang, berteriak-teriak, berenang, mencari ikan, main lempar batu pantul, "loncat indah" dari tebing.

Sayang ada rukun wajib yang tak bisa saya tunaikan, kemarin, saat kembali merasakan mandi di air sungai deras sisa banjir berwarna lumpur kecoklatan itu, yakni buang air besar. Buang air besar di aliran air sungai tetap lebih nikmat dibandingkan di toiled bernilai jutaan sekalipun.

Tulisan di 3 paragraf di bawah (diketik miring) merupakan rahasia permainan masa kecil kami. Sangat jorok dan tak waras. Bagi yang tak kuat membaca paragraf ini direkomendasikan agar melewatinya saja.

Bahwa kami memiliki satu permainan saat sama-sama membuang hajat itu, yakni main lempar tahi ke teman. Tahi yang sudah keluar dari dubur kami tangkap dengan air sebagai pelapisnya lalu dilemparkan ke tubuh dan rambut rekan. Point tertinggi (ditandai dengan kegirangan yang luar biasa) yakni yang berhasil mengenai rambut teman karena pasti ribet mencuci dan membersihkannya.

Jorok...? Tidak. Itu permainan indah sekali dan sungguh saya rindukan (moga saya bisa kumpulkan lagi teman-teman kecil dulu untuk memainkan lagi fantastic game itu hahaha... The batle of tahi, ya itu playstation kami...

Oh ya... tahi itu menjadi "tak jorok" karena sedikit membatu pasalnya, satu-dua hari sebelumnya gank kami anak-anak kampung SD 2 Dena melakukan permainan itu telah mempersiapkan diri dengan menyantap buah jambu batu liar. Lalu jika pun kena ke badan tak menempel dan mudah hilang dengan sekali menyelam dan menyiramkannya. Demikian salah satu (berarti masih ada yang lain..) sisi joroknya saya hahhahahha...

Puas mandi dengan mengajak bapak-bapak dan anak komplek laki-laki, saya juga mengajak pula dua putri ku mengenalkan sisi kecil bapaknya. Buah memang tak jauh dari pohonnya, mereka pun menggilai mandi di sungai.

Main rakit batang pisang juga merupakan permainan andalan kami di sungai. Yang paling jago dan hebat yakni yang membuat dan meluncurkan rakit paling jauh dari hulu ke hilir. Saat berada di atas rakit terbawa oleh arus, saat itu pulalah kami menyantap cemilan andalan anak desa yakni jagung dan kedelai goreng. Ada pula biji asam jawa yang dimasak, ubi kayu yang dimasak, buah-buah liar pinggir sungai yang terbawa banjir.

Adapula membuat rumah-rumahan dan istana/menara dari tetesan pasir halus. Setelah selesai lalu adu kuat dengan menghantamkan gelombang. Sudah pasti sekali hembusan air bangunan pasir tersebut runtuh.

Meloncat di tebing setinggi 5-10 meter ah..itu keahlian kecil saya. Tapi saat temani si kecil di kolam renang Tirta Lontara Kodam beberapa pekan lalu, kok saya gemetaran padahal hanya meloncat dari papan setinggi 3 meter.

Permainan lain saat mandi di sungai yakni meluncur menggunakan pelepah batang pisang atau pelepah pinang. Tebing dibentuk ala luncuran di water boom dan dilicinkan lalu kami meluncur mengendarai pelepah tersebut.

Sebelum atau sesudah mandi di sungai kami nyelonong ke kebun orang mencari buah mangga masak, bidara, buah sirsak untuk dimakan bersama. Jika sempat sambil memancing. Mencari udang sunagi dengan tangan kosong adalah keahlian lain yang membanggakan.

Ah..mandi di sungai, ndeu awa sori..berjuta kenangan.(@firlafiri)