Selasa, 24 Februari 2009
Sulsel Sebenarnya Memiliki Kecukupan Daya
PENGANTAR
TALK show Selamat pagi Sulawesi pekan ini mengangkat tema Pemadaman Bergilir oleh PLN. Program kerja sama Tribun Timur, TVRI Sulsel dan RRI Makassar menghadirkan GM PLN Sulselrabar Haryanto WS (HWS) dan Redaktur Ekonomi Tribun Timur Firmansyah (FR) yang dipandu Wahyudin Abubakar (WA). Berikut ulasan lengkapnya.
Dari Talk Show Selamat Pagi Sulawesi, Pemadaman Bergilir (1)
WA: Pemadaman ini menjadi penyakit tahunan, kenapa selalu terjadi sepertinya tidak ada antisipasi ole PLN?
HWS: Kondisi yang kita hadapi sekarang karena memang kita mempunya daya yang masih pas-pasan dibanding dengan beban yang kita pikul. Kondisi ini sebenarnya sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Sulsel termasuk daerah yang devisit daya.
Tetapi mulai 2008 lalu, dengan beroperasinya PLTG Sengkang 60 MW kondisinya lebih baik. Contohnya saat ini apabila pembangkit PLN "sehat" semua maka daya mampu PLN sebesar 540 MW, sedangkan beban puncak 450 MW tahun ini dan pada 2008 beban puncaknya 520 MW.
Sehingga hitung-hitungan ada surplus 50 MW. Ini kondisinya, tentu saja PLN merencanakan tahun lalu harusnya pembangkit sewa 70 MW di Telo beroperasi tapi sekarang masih pengerjaan.
WA: Kenapa perkembangan melambat harusnya runing di 2009?
HWS: Itu memang sedang dalam pengerjaan, tapi karena krisis finansial memberi dampak banyak pada investor, sehingga harus merekalkulasi kembali anggaran. Tapi kita berharap kondisi membaik di waktu-waktu mendatang
WA: Jadi sebenarnya Sulsel tak kekurangan daya listrik jika seluruh kapasitas PLN berjalan sempurna.
HWS: Ya.. sebenarnya di ranah kelistrikan nasional, Sulsel dikategorikan termasuk mengalami surplus meskipun belum sesuai dengan harapan kita.
Kalau 540 MW ditambah 70 MW maka ada daya 610 MW. Di 2009 kami akan tambah lagi 60 MW di Sengkang ang diharapkan November beroperasi sehingga ada kurang lebih 60 MW daya mampu kita. Ini bisa melayani masyarakat dan industri.
WA: Pengumuman rencana pemadaman sejak 3-4 hari lalu tapi belum ada pemadaman, kenapa demikian?
HWS: Kita mengumumkanrencana itu karena kita prediksi beban berdasarkan perilaku tahun sebelumnya. Dimana beban puncak kita selama ini sebesar 490 MW kemudian daya mampu 450 MW.
Kondisinya seperti itu sehingga memang harus umumkan yakni secara teoritis akan ada kekurangan daya maka kita umumkan agar masyarakat bisa mengantisipasi sekaligus menghimbau masyarakat untuk menghemat.
Kami ucapkan terima kasih karena direspon positif dan baik oleh masyarakat sehingga terjadi penurunan beban puncak yang signifikan.
Sampai saat ini beban puncak selama lima hari ini turun menjadi 450 MW sehingga dengan daya mampu PLN yang 453 MW mengakibatkan tidak terjadi pemadaman.
Dari Talk Show Selamat Pagi Sulawesi: Pemadaman Listrik Bergilir (2)Sekali Lagi, Padamkan Lampu 50 Watt pada 17.00-22.00
WA: Pelanggan memberi respon positif dengan menghemat listrik sejak diumumkan rencana pemadaman oleh PLN. Penghematan terjadi di golongan pelanggan mana saja?
HWS: Yang pertama kita himbau adalah pelanggan industri seperti pabrik semen agar tak memakai listrik PLN saat beban puncak (17.00-22.00). Kedua pelanggan umum.
Respon himbauan ini luar biasa dan diharapkan kedepan semakin banyak terjadi penghematan karena kita hitung saja kalau satu pelanggan mematikan dua lampu 50 watt sehingga dihemat 100 watt, maka jika satu juta pelanggan di Sulsel menghemat 100 watt itu sama dengan 100 MW.
Kalau 50 watt sama dengan 50 MW itu sama dengan kapasitas produksi satu mesin pembangkit di Bakaru. Jadi dengan hanya mematikan satu lampu 50 watt itu sudah bisa menjamin idak ada pemadaman di Sulsel dan Sulbar.
Jika berhemat ini dilaksanakan maka PLN dan masyarakat akan sama-sama mendapatkan manfaatnya.
WA: Berita rencana pemadaman di Tribun membuat reaksi para pelaku usaha seperti pengembang dan pelaku industri di KIMIA. Apa efek ekonomi yang dianalisa Tribun terkait pemadaman listrik ini
FR: Kejadian seperti ini selalu berulang tiap tahun dan tiap musim. Saat musim kemarau PLN beralasan pemadaman dilakukan karena penurunan debet air di pembangkitnya, lalu saat musim hujan karena cuaca yang merusak infrastruktur dan jaringannya.
Juga ada alasan adanya perbaikan pembangkit dan turbin. Lalu sampai kapan pemadaman dengan alasan yang berulang ini terus terjadi dan masyarakat serta pelaku ekonomi/bisnis harus menerima dampaknya.
Di situlah masalah yang mendorong Tribun Timur atau media umumnya memberikan perhatian besar terkait soal kelistrikan dan pemadaman ini.
Listrik siap yang tak tahu dan tak merasakan bahwa itu merupakan kebutuhan utama masyarakat modern dan menggerakkan aktivitas ekonomi dan bisnis. Kalau ada pemadaman maka otomatis semua menjadi lumpuh dan dampak ekonomi akan sedemikian besar terjadi.
Produksi industri terhenti, pelayanan jasa bisnis terganggu dan itu semua adalah bagian utama dalam aktivitas ekonomi/bisnis.
Apalagi seperti kita ketahui pemerintah daerah begitu bersemangat mendorong investasi. Lalu bagaiaman investasi mau tumbuh jika infrastruktur kelistrkan terbatas.
Yang menarik perkembangan terakhir di masyarakat adalah respon yang tidak lagi berlebihan dan cenderung panik terkait dengan rencana pemadaman ini.
Itu mungkin karena kejadian sudah berulang, sehingga ketika Tribun Timur mengangkat pemberitaan soal rencana pemadaman dan memberikan ruang bagi masyarakat menyalurkan komentar dan aspirasinya di SMS center Tribun untuk kali ini respon masyarakat berkurang dan sedikit positif.
Kami anggap ini karena ada kontribusi dari upaya PLN lebih cepat mensosialisasikan dan efektif menghimbau masyarakat melalui media untuk penghematan listrik.(fir)