Firibook, Kamis (28/11/2013) - Ketika kita mengaku diri ingin menjadi sosok yang penyabar, pribadi yang tulus dan iklas, seorang yang soleh dan takwa, maka bersiaplah dengan ujiannya ?
Baik ujian dari Allah berupa musibah, kemarahan dan godaan kesyirikan. Atau pun ujian wujud kepanikan setan yang merasa terancam akan hilang lagi satu pengikut dan warganya (si pemarah, pribadi yang sombong dan seorang yang fasik).
Segala upaya akan dilakukan setan, ditiupkan dan kita digoda agar tidak menjadi penyabar, ikhlas dan takwa. Karena hal baik ini merupakan tingkat dan derajat menuju kemuliaan dan merengkuh ridho Allah.
Maka untuk keinginan dan cita-cita naik tingkat dan bertambah derajat tentunya harus ada ujian dan test.
Sudah sepekan terakhir ini, saya tengah diuji oleh Allah untuk mata pelajaran kesabaran dan keikhlasan. Dua pekan lalu saya memesan pembuatan kanopi untuk beranda belakang rumah. Si tukang berjanji diselesaikan dalam sepekan paling lama.
Namun rupanya baru hari ini, setelah genap dua pekan baru nampak. Terhitung terjadi 3-4 kali perubahan waktu penyelesaian dan revisi janji.
Kanopi halaman belakang, depan dapur, hal yang sangat mendesak bagi kami sekeluarga apalagi ketika hujan kini mulai tidak bisa kompromi. Jika hujan, dapur kami dibanjiri oleh tampiasan, ruang keluarga pun ikut basah. Jika hari lagi cerah, tentu sengatan matahari siang hingga sore mendera.
Ingkarnya si tukang menyelesaikan pengerjaan kanopi sangat menguji kesabaran saya. Untungnya saya jadikan "ujian kesabaran" sebagai keyword selain "balasan atas salah/dosa" sehingga saya bisa menepis kompornya setan agar saya gencar untuk protes, marah dan berbuat sesuatu untuk membalas sakit hati karena dibohongi.
Selama sepekan menanti kanopi selesai, banyak sekali skenario kemurkaan yang disodorkan setan di kepala saya.
Dari ingin menceramahi konsep marketing dan customer service (maklum sebagai mantan wartawan/redaktur bisnis selama 13 saya memiliki setumpuk teori tentang hal ini yang saya ketahui dari peliputan dan menjadi peserta seminar/workshop bisnis. Guru marketing dunia Hermawa Kartajaya saja sempat akrab ahahaiii..., eh benar loh gara-gara tulisan bersambung yang saya buat sebanyak 100 edisi di Tribun soal marketing 3.0).
Hingga tersusun rencana untuk mendatangi bengkelnya, lalu memaki-maki di hadapan keluarga dan karyawannya sampai melaporkannya ke polisi. Wajar dan masuk akal bukan rencana ini....?
Ya akal selalu menjadi pintu yang mudah bagi setan untuk membakar sumbu nafsu kemarahan kita. Namun alhamdulillah...sejumlah rencana ini tak jadi saya laksanakan.
Saat saya tulis catatan ini, si tukang dan stafnya lagi memasang kanopi, saya tak perlu lagi memarahinya, dia pun terlihat tak tertekan dan yang paling utama saya jadi nyaman menginstruksikan ini dan itu.
Yah...kesabaran selalu sebenarnya membuahkan kebahagiaan. Loh kok bisa bahagia padahal sudah didholimi ? Kebahagiaan tak perlu indikatornya hitung-hitungan harus ganti rugi atas waktu saya yang terbuang karena menunggunya maupun sakit hati kemarin-kemarin.
Namun kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh hati yang plong dan senang, detak jantung yang stabil, darah mengalir lancar ditunjukan oleh badan yang kembali segar, serta tidak terjadi masalah ikutan. Alhamdulillah...sekali lagi si sabar yang menang.(@firlafiri)