.

.

Minggu, 17 November 2013

Malu dan Nyesalnya Jika Usai Memarahi Anak

Firibook, Minggu (17/11/2013) - Sebuah ungkapan. "Ibu yang marahi anak itu lebih banyak kasih sayang. Bapak yang marah itu lebih banyak setannya."

Konon bapak yang lebih sering marah-marah cenderung ikatan emosional dan keakraban dengan anak tak seintim dibanding dengan ibu walau ibu juga suka marahin anak. Lagi pula tak ada orang yang memang benar-benar suka dan dekat dengan orang yang hobinya marah-marah.


Menyadari hal itu ada benarnya, saya (ingin) mengambil posisi untuk tak menjadi sosok yang tak banyak marah-marahnya ke anak. Laiknya almarhum bapak, untuk urusan kenakalan kami lebih banyak memberikan peran kepada ibu yang menyelesaikan dan menghukum kami.


Lagi pula...biasanya (ini gosipan bapak-bapak loh..) kalau kami para bapak yang marahin anak, kami akan menerima hukuman diboikot oleh anak plus ibunya. Walau pun sebenarnya kami memarahi anak atas permintaan ibunya yang kewalahan.

Yang parahnya..dengan si anak sudah baikan dalam beberapa menit, tapi dengan istri/ibunya masa "bombe" dan ngambeknya terhitung jam, kalau rada parah dikit bisa nyebrang ke hari besok. Inilah neraka...bagi suami, jika istri tidurnya membelakangi.

Saya sih punya jurus mencolek kalau papasan hahaha....

Pagi ini, saya kelepasan lagi marahin dua putriku. Melerai mereka rebutan mainan.

Seperti biasa usai memarahi mereka, perasaan malu lah yang biasanya kami para bapak-bapak tuai.

Ya..malu karena tak mampu menahan kesabaran

Malu karena bertindak lebih kanak-kanak dari pada mereka anak-anak.

Malu pada istri karena bergugur lagi daun-daun kebijaksanaan dan kewibawaan di mata mereka.

Malu karena tindakan tak sesuai dengan komitmen dan pemahaman yang telah diutarakan.

Pokoknya malu deh...

Pokoknya gak ada enaknya... Maafkan papa.(@firlafiri)