Spirit Kesuksesan Saudagar Bugis-akassar (3)
NILAI utama budaya dan karakter penting lain yang menjadi spirit kesuksesan saudagar Bugis- Makassar yakni asitinajang (kepatutan/proper) dan getteng (keteguhan/firm)
Asitinajang berarti kepatutan, kepantasan, kelayakan, kata ini berasal dari tinaja yang berarti cocok, sesuai, pantas atau patut.
Dalam lontara tertulis "Duduki kedudukanmu, tempati tempatmu. Ade' wari' (adat pembedaan) pada hakikatnya mengatur agar segala sesuatu berada pada tempatnya."
Mengambil sesuatu dari tempatnya dan meletakkan sesuatu pada tempatnya, termasuk perbuatan mappasitinaja.
Nilai kepatutan ini erat hubungannya dengan nilai kemampuan (makamaka) jasmani dan spiritual/rohani. Penyerahan atau penerimaan sesuatu, apakah itu amanat atau tugas, haruslah didasarkan atas kepatutan dan kemampuan.
Lataddampare Puang ri Maggalatung (cucu raja Palakka) (1498-1528) pernah berkali-kali menolak tawaran Adat dan rakyat Wajo untuk diangkat menjadi Arung Matoa Wajo karena nilai kepatutan itu.
Sebuah usaha dan bisnis dipahami saudagar Bugis-Makassar harus dikelola profesional antara lain dengan menjalankan usaha atau menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan getteng berarti teguh, kata inipun berarti tetap-asas atau setia pada keyakinan, atau kuat dan tangguh dalam pendirian, erat memegang sesuatu.
Dinyatakan oleh To Ciung Maccae ri Luwu bahwa empat perbuatan nilai keteguhan yakni tak mengingkari janji, tak mengkhianati kesepakatan, tak membatalkan keputusan, tak mengubah kesepakatan, serta jika berbicara dan berbuat tak berhenti sebelum rampung.
Keteguhan itu ditunjukan oleh La Tenriruwa Sultan Adam Matinrioe ri Bantaeng (kakek Latenri Tatta Arung Palakka) yang teguh memegang perjanjian persahabatan negara-negara Bugis-Makassar
"Bahwa barangsiapa yang lebih dahulu menemukan suatu jalan yang lebih baik, maka berjanjilah siapa-siapa yang menemukan kebajikan itu lebih dahulu supaya memberitahukannya kepada raja-raja lainnya." Ya..inilah profesionalisme itu.(firmansyah)