#firibook -- Inilah Tel Aviv. Nun dari kejauhan tak ada beda dengan penampakan Jakarta atau kota utama lainnya di Indonesia.
Suatu waktu beberapa tahun lalu berkesempatan mengunjungi pinggir kota ini. Kehidupan modern terasa, lalu lintas teratur dan jalanan yang bersih.
Kota yang saat ini sedang berusaha dihujani ribuan rudal oleh Hamas. Di sini hidup mayoritas dan berpusatnya kaum Yahudi. Kaum yang dicaci dan dilaknat sedemikian rupa oleh Allah dalam quran serta oleh Rasulnya di banyak haditsnya.
Kaum yang bukan saja anak-anak, wanita dan orang tua warga Gaza Palestina tanpa iba sedikit pun mereka bunuh. Namun para nabi dan Rasulnya pun telah terbiasa mereka sembelih.
Padahalkan mudah saja bagi Allah jika hendak menghancurkan mereka. Sebagai mana kaum-kaum lain yang bermaksiat kepada Allah dikubur, dihanyutkan dan dihanguskan Allah tanpa sisa.
Lalu mengapa kaum Yahudi,--ya... mereka yang hidup di kota yang menjadi latar swafoto saya ini,--Allah biarkan begitu digdaya menguasai perekonomian global dan mempengaruhi politik segala bangsa dunia. Hingga mencabik-cabik hati ummat Islam, menghinakan Al Quds dan menyebabkan derita berkepanjangan warga Palestina ?
Dan yang pasti Nubuwat Rasulullah memastikan tak akan terkalahkan dan menjadi lawan abadi ummat Islam. Hingga tiba masanya akhir zaman, ketika bebatuan pun tak rela menjadi tempat persembunyian Yahudi, lalu berteriak kepada ummat Islam "Ada Yahudi di belakangku, bunuh mereka."
Jadi sesungguhnya kita tahu tak akan membawa dampak yang besar apalagi mengalahkan Yahudi dalam sekejap dengan sekadar memberi bintang 1 atau tanpa bintang Facebook, atau boikot produk para donatur zionis.
Ataukah sekedar berzihad dengan meneriakkan laknat kita dari jauh kepada mereka, tak akan berpengaruh banyak.
Kaum ini memang Allah biarkan ada, tak dihancurkan, untuk menguji ketauhidan, kesabaran dan keimanan ataukah keislaman kita, hingga akhir zaman.
Sehingga menjadi etalase gaya hidup, ambisi dan karakter buruk maupun penyimpangan mereka. Allah biarkan untuk kita lihat lalu menjauhi dan tak menyerupainya.
Sebagaimana Allah tak biarkan jasad Firaun hancur di kedalaman laut merah. Untuk mempertontonkan sesosok penguasa dengan kedholiman dan kemaksiatannya.
Kaum Yahudi gemar bernyanyi-nyanyi dan beribadah dengan musik, janganlah kita menyamainya dalam amal perbuatan tersebut. Apalagi membiarkan orang agama lain bernyanyi di Masjid Istiqlal. Nauzubillah.■