.

.

Sabtu, 25 April 2020

TERCELANYA AMBISIUS DAN TERPUJINYA MERASA CUKUP

#firibook -- Sebuah kitab Mukhtashor Minhajil Qashidin yang ditulis Imam Ahmad Ibnu Qudamah Al Maqdisi. Dalam ¼ kitab yang ketiga membahas Bab Hal Membinasakan. 

Berkata Al Imam :

Tercelanya ambisius dan ketamakan dan terpujinya merasa cukup dan tidak berharap harta orang lain. 

Ketahuilah bahwa kefakiran atau kepapaan itu adalah sesuatu yang terpuji. Akan tetapi hendaknya orang yang fakir dia memiliki sifat qonaah merasa cukup.

Maka jika orang miskin dan fakir yang tidak memiliki sifat qonaan maka bisa menyeret orang tersebut ke dalam hal tercela.

Akan terpuji jika seseorang terutama orabg miskin yang qonaah dan tidak berharap pemberian dari harta yang dimiliki orang lain. Tidak menoleh sedikit pun kepada harta orang lain. 

Tidak melikan kata orang. Yakni jika melihat harta orang lain ingin juga miliki seperti itu.

Akan terpuji pula jika tak ambisius untuk mendapatkan harta. Yang pikiran dan hatinya hanya tertuju pada uang dan uang. Tidak peduli bagaimana caranya.

Merasa cukup. Inilah sepantasnya kondisi terbaik seseorang.

Kemudian Ibnu Qudamah mengatakan, semua ini hanya bisa tercapai, memungkinkan dia untuk tetap terpuji ketika dia qonaah merasa cukup dengan kadar yang bisa memenuhi kebutuhannya yang bersifat darurat berupa makanan dan pakaian.

Orang fakir akan bahagia jika dia memiliki hati yang ridho dan rela terhadap pemberian Allah ta alla.

Dan sungguh Rasulullah memuji orang yang memiliki sifat qonaah. Sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Umar. 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْن الْعَاصِ c أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ.

Rasulullah bersabda "Sungguh amat beruntung orang memeluk agama Islam lalu diberi rejeki dan sifat qana'ah terhadapnya."

Beruntung Karena tidak semua orang mampu memiliki sifat tersebut. Karena tabiat dasarnya manusia menginginkan lebih dan lebih.

Sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Jika masih hidup ambisinya terus mengejar.

Dalam hadits lain ",

يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

“Ada yang sudah tua dari usia, namun masih bernafsu seperti anak muda yaitu dalam dua hal: tamak pada harta dan terus panjang angan-angan (ingin terus hidup lama).”

Padahal sekuat apapun usaha kita. Sebesar apapun ambisi kota tak akan mengubah jatah rejeki kita yang Allah berikan.

Kata Abdullah bin Masud "Orang ambisius tak akan mendapatkan yang memang bikan jatah dia."

Maka beruntunglah orang yang memiliki hati qonaan. Bahkan dalam hadits orang kaya bukanlah yang memiliki banyak harta akan tetapi kekayaan jika seseorang memiliki kaya hati.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya kemewahan dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)” [HR. Bukhari: 6446; Muslim: 1051].

Inilah yang dikejar yakni terus merasa ridho terhadap pemberian Allah.

Selanjut Al Imam menukil ucapan Nabi Sulaiman "Sungguh kami telah merasakan dan coba semua bentuk kehidupan (lembut dan keras) ternyata kami dapati bahwa kehidupan yang paling rendah saja itu sudah mencukupi.

Jika kita hadapi kerasnya hidup dengan jiwa qanaah maka sudah cukup mengarungi dunia ini, menikmati kebahagiaan hidup.

Hadits Jabir menyebutkan "Al Qanaah adalah harta yang tidak pernah habis." Walau dhoifkan oleh Syaikh Al Bani radiyallahuanhu.

Kata Bihajim rahimallah "Ada tiga perangai yang barangsiapa memiliknya maka sempurnalah akal orang tersebut yakni seorang yang mampu mengenal kadar dirinya 

(Yakni kelemahan dirinya, siapa sih dirinya. Sebuah atsar mengatakan "Semoga Allah merahmati seorang yang paham kadarnya).

Kedua orang yang menjaga lidahnya dan ketiga merasa cukup atas rejeki yang Allah berikan."

Kata sebagian ahlul hikmah "Engkau senantiasa menjadi orang mulia selama engkau berselubung dengan sifat qanaah."

Dan adalah Wahab ibnu Munabi tatkala beliau menjelaskan firman Allah balasan kepada orang beriman baik laki dan perempuan, "Maka kami akan beri kehidupan yang baik." 

Apa itu kehidupan yang baik itu ? Bukan kehidupan yang dilapangkan rejeki, bergelimang harta. Bukan. Tapi kehidupan yang baik yakni kehidupan yang ditapaki dengan jiwa yang qanaah.

Kemudian Al Imam berkata :

Adapun Al Hirs atau ambisius yakni tak merasa puas selalu merasa kurang. Sudah dapat kedudukan masih ingin yang lebih tinggi, sudah miliki harta masih ingin yang lebih banyak, terus korupsi tetap ambisi kejar jabatan, berletih dan berpayah demi mengejar harta.  

Maka ambisius itu sesuatu yang Rasulullah larang. "Wahai sekalian manusia carilah rejeki dengan cara baik. Karena seseorang tak akan mendapatkan sesuatu yang bukan untuknya."

Mari serius mencari rejeki tapi tetap dalam koridor syariat. Karena semuanya sudah ditetapkan ukurannya. Bukan dari berletih-letih. Karena tidak akan merubah sesuatu yang Allah telah tetapkan untuk dirinya.

Dan juga Rasulullah telah melarang dari ketamakan.

"Kumpulkan keputusasaan terhadap harta di tangan manusia". Tak usah ingin selalu memiliki seperti milik orang lain. Fokus terhadap milik sendiri dan berprasangka baik, bahwa itulah yang terbaik baginya. Bisa jadi jika memiliki harta bergelimang akan lupa daratan.

Sebagian salaf berkata kalaulah sifat ketamakan ditanyakan 

"Siapa bapakmu?". Maka ketamakan akan menjawab "Keraguan terhadap rejeki yang ditakdirkan."

"Apa pekerjaanmu?" Yakni menghinakan diri

"Apa hasil yang engkau dapatkan?" Maka tidak akan mendapatkan apapun.

Inilah kerugian memiliki ketamakan. Tak akan mendapatkan kebaikan sedikitpun bagi seseorang.

Kemudian Al Imam menutup penjelasannya dengan mengutip perkataan seorang salaf, "Ketamakan itu menghinakan penguasa dan sebaliknya keputusasaan terhadap harta orang lain justru akan berikan kemuliaan bagi orang miskin."

Orang memiliki sifat qanaan merupakan penguasa dunia. Sebagaimana kata Imam Syafii "Jika engkau memiliki hati qanaan sesungguhnya engkau dan penguasa dunia sama."■ 

*) Dari kajian online ORIENTASI MUSLIM SEJATI. Sekelumit Sikap Pertengahan  Pengarahan, serta Terapi tentang Harta-Kedudukan-Jabatan dalam Kitab Mukhtashor Minhajil Qashidin kleh Ust Zubair Sutarso