■ Dari Tabigh Akbar: Mahasiswa, Antara Tantangan dan Harapan (2)
#firibook -- Begitu banyak perhatian Allah dalam Quran dan harapan Rasulullah dalam haditsnya kepada para pemuda. Maka seorang pemuda dan mahasiswa sepatutnya memahami bahwa
1. Sadari umur dan waktu muda sebagai amanah
Sebagaimana hadits ari sahabat Abu Barzah, telah berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:)
(Pertama,) tentang umurnya (usia mudamu) dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah.)
Hadits ini menunjukkan nikmat usia muda sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan.
Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Banyak anak muda yang melalaikan usianya padahal tak ada jaminan dia akan hidup besok. Padahal di usia muda banyak pintu ketaatan terbuka. Walau tantangan besar karena kecenderungan usia muda yang lebih suka trend yang cenderung menjerumuskan pada dosa dan maksiat.
Maka siapkan langkah membentengi diri dan istiqomah dengan menyadari usia muda sebagai amanah dan nikmat.
2. Mari menjadi anak muda ideal.
Dalam surah al kahfi disebutkan sifat dan ciri anak muda ideal. Allah berfirman
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Kami menceritakan kepadamu kisah mereka secara haq (benar). Sesungguhnya mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Rabb mereka kemudian Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa pemuda ideal itu
1. Miliki sifat keimanan, maka
2. Allah beri mereka petunjuk dan
3. Allah akan tetapkan keistiqamahan
Saat ini banyak pemuda menjadi santapan empuk orang yang hendaki kerusakan, berupa doktrin dan pemahaman radikal. Keadaan ini terjadi karena adanya aqidah yang menyimpang.
Allah memberi jaminan bahwa apa yang menjadi kebiasaan baik di usia muda akan menjadi penjaganya di usia tua.
Karena syubhat saat ini banyak yang dengan mudah menguasai dan mempengaruhi pemuda.Karena pemuda memiliki semangat berapi-api tapi kurang ilmu.
Radikalisme yang menjangkiti pemuda dan mahasiswa biasanya bertahap diindoktrinasika yakni
● Melalui cara belajar yang salah. Tidak dari guru yang jelas.
● Diberi doktrin benci kepada ulama yang sebenarnya.
● Membuat pemuda/mahasiswa benci dan membangkang kepada pemerintah.
● Setelah jauh dari agama, membenci ulama dan membangkang pada pemerintah maka mudahlah dimasukkan doktrin di antaranya melalui doktrin jihad yang salah.
Ciri seorang pemuda yang sudah terjangkit radikalisme di antaranya kerap memuji tindakan terorisme dan bergaul dengan pihak yang berciri di antaranya tak mengakui pemerintah dan mengkafirkan semua unsur terkait pemerintah.
Ada 3 perkara menurut Rasulullah yang hati seorang muslim tidak akan ada penyakit padanya jika
● Dia ikhlas beribadah kepada Allah
● Dia mentaati pemerintah
● Dia berkomitmen dengan jamaah kaum muslimin
3. Bangunlah bangunan ilmiah yang benar pada diri.
Melalui tangga-tangga keilmuan yang sistematis. Jika tidak maka akan merusak. Sebagaimana kerusakan bersumber pada 4 hal
a. Pemahaman Islam setengah maka rusak aqidah
b. Pemahaman fiqih hanya setengah maka rusak kehidupan masyarakat
c. Pemahaman ilmu kedokteran setengah maka rusak badan
d. Pemahaman bahasa Arab setengah maka rusak lisan.
4. Ambillah ilmu dari orang berpengalaman.
Bahwa kelulusan dari universitas harus dipahami sebagai awal menaiki tangga keilmuan. Untuk menjadi seorang ahli maka bergaul dengan orang berpengalaman.
Sebagaimana ungkapan di Arab "Anak unta usia 2 tahun jika tak bergaul dengan unta usia 8 tahun maka tak akan bisa menghadapi unta penganggu yang berusia 4 tahun."
Banyak pemuda berbicara pada hal yang tak dipahaminya.
5. Teguhlah di atas prinsip yang benar
Pemuda yang baik yakni pemuda yang tidak mudah terserat padahal yang belum dipastikan kebenaran.
Sebagaimana hikmah dari cerita Imam Malik yang didatangi oleh seorang yang miliki pemikiran menyimpang. Mengajak berdebat sang Imam dan Imam Malik mengusirnya.
(Kisah lengkapnya sebagaimana #firibook kutip dari laman aslibumiayu.net di bawah ini)
Ma’n rahimahullah berkata: “Pada suatu hari Imam Malik ibn Anas berangkat ke masjid sambil berpegangan pada tangan saya, lalu beliau dikejar oleh seseorang yang dipanggil dengan Abu al-Juwairah yang dituduh memiliki Aqidah Murji’ah.
Dia berkata: “Wahai Abu Abdillah dengarkanlah dariku sesuatu yang ingin saya kabarkan kepada anda, saya ingin mendebat anda dan memberi tahu anda tentang pendapatku.’
Imam Malik berkata, “Hati-hati, jangan sampai aku bersaksi atasmu.” Dia berkata, “Demi Allah, saya tidak menginginkan kecuali kebenaran. Dengarlah, jika memang benar maka ucapkan.”
Imam Malik bertanya, “Jika engkau mengalahkan aku?” Dia menjawab, “Maka ikutlah aku!” Imam Malik bertanya lagi, “Kalau aku mengalahkanmu?” Dia menjawab, “Aku mengikutimu?”
Imam Malik bertanya, “Jika datang orang ketiga lalu kita ajak bicara dan kita dikalahkannya?” Dia berkata, “Ya kita ikuti dia.”
Imam Malik rahimahullah berkata: “Hai Abdullah, Allah azza wa jalla telah mengutus Muhammad dengan satu agama, aku lihat engkau banyak berpindah-pindah (agama), padahal Umar ibnu Abdil Aziz telah berkata, “Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk perdebatan maka dia akan banyak berpindah-pindah.”
Imam Malik rahimahullah berkata ”Jidal dalam agama itu bukan apa-apa (tidak ada nilainya sama sekali).”
Imam Malik rahimahullah berkata “Percekcokan dan perdebatan dalam ilmu itu menghilangkan cahaya ilmu dari hari seorang hamba.”
Imam Malik rahimahullah berkata “Sesungguhnya jidal itu mengeraskan hati dan menimbulkan kebencian.”
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki ilmu sunnah, apakah ia boleh berdebat membela sunnah?
Dia menjawab, ”Tidak, tetapi cukup memberitahukan tentang sunnah.” (Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik, Qadhi Iyadh: 1/51; Siyarul A’lam: 8/106; al-Ajjurri dalam al-Syari’ah, hal.62-65)
6. Berakhlak wahai pemuda.
Wallahuallam (fir/habis)
*) Sumber dari catatan on the spot pada