.

.

Sabtu, 24 Januari 2009

Numpang Survei dan Jangan Mau Mulai dari Nol

Cara Tercepat & Terampuh jadi Pengusaha (4)

MEMBUKA
suatu usaha, apalagi yang membutuhkan investasi yang lumayan, memang harus dengan perhitungan. Salah satu yang ditakuti adalah, saat kita membuka usaha itu, ternyata pasarnya kurang ramai.
Entah karena memang demand-nya yang belum ada, perlu edukasi, atau pun salah tempat. Ujung-ujungnya, kalau warung kita tidak ramai, disangkut-sangkutkan dengan hal-hal yang berbau klenik, curiga ada yang ngerjain kita.

Padahal cek strategi pemasaran Anda atau segmentasi yang Anda pilih dan unsur marketing lainnya, seperti tempat dan sebagainya.
Numpang Survei
Soal pemilihan tempat usaha ada pengalaman Purdi E Chandra saat membuka cabang-cabang Primagama di suatu tempat yang baru.
Patokannya adalah, "Apakah ada BCA atau Matahari Dept Store di kota itu?" Jika ada, maka dia akan membuka cabang Primagama di kota tersebut.
Kenapa? Karena BCA atau Matahari pastilah sudah melakukan survey kelayakan usaha terlebih dahulu, sebelum membuka. Nah, mungkin kebetulan juga, pasarnya serupa dengan Primagama.
Atau bisa menggunakan pendekatan yang lain. Tetap dengan tujuan yang sama melakukan smart survey, kita bisa melihat usaha yang ramai, yang memiliki pangsa pasar yang sama.
Misalnya, di suatu tempat terdapat lembaga bimbingan belajar yang sangat ramai. Pelanggan mereka adalah pelajar usia 8-17 tahun. Nah, dari situ bisa menumpang beken membuka outlet es campur.
Ini adalah strategi yang murah dan meminimkan risiko kita dalam membuka outlet usaha baru. Jadi langkah pertama, ketahui siapa target pasar Anda.
Kedua, cari usaha yang memiliki target pasar yang sama, yang sudah kelihatan hasilnya (laris).
Ketiga, buka di sampingnya. Ingat, cara ini tidak sama dengan sekadar mensurvei di mana tempat "calon pelanggan" yang around. Namun lebih dari itu, haruslah sudah terbukti bahwa ada usaha dengan segmen yang sama dan berhasil.
Mulai dari 5
Kami mengarahkan Anda untuk tidak membuka usaha dari nol, tapi dari 5 atau 6. Artinya, tidak perlu melalui tahapan-tahapan trial- error.
Seperti ini contohnya... Tahukah Anda bagaimana sekolah musik Purwacaraka di franchise-kan? Ringkasnya, ada seorang mantan manager Bursa Efek Jakarta bemama Koma Untoro. Suatu saat Koma mengikuti kelas Entrepreneur University, yang kala itu dimentori langsung oleh pendirinya, yaitu Purdi E. Chandra.
Untuk lebih memacu murid-muridnya untuk action, Purdi mempertemukan Koma dengan musisi terkenal Purwacaraka.
Purdi setengah 'menjerumuskan' Koma dengan mengatakan ke Purwa, bahwa Koma bisa membantu mengembangkan bisnis sekolah musik Purwacaraka ke seluruh Indonesia dengan cepat.
Kala itu Koma Untoro benar-benar tidak tahu apa itu franchise. Tapi apa boleh buat, kepercayaan dia terhadap 'Guru Gila'-nya, membuat dia terpacu untuk mempelajari How to Franchise a Business.
Alam semesta pun mendukung, secara kebetulan, adalah pelatihan tentang franchise. Tanpa berpikir lagi, Kama pun mengikuti diktat tersebut, hingga pada pertemuan yang telah dijanjikan dengan Purwa, Kama telah Siap dengan kansep mem-franchise-kan sekolah musik Purwacaraka.
MOU-pun ditandatangani, Kama yang notabene tidak ikut mendirikan Sekolah musik Purwacaraka, memiliki porsi saham dalam Franchise Purwacaraka.
Dalam hitungan dua tahun, Purwacaraka telah berkembang menjadi 50 cabang dengan sistem franchise.
Dan perlu dicatat, sampat saat ini, Kama Untara tidak dapat bermain musik!
Bukan Jualan Produk
Jadi, apakah bisnis Koma Untoro? Berjualan kursus musiknya? Bukan, melainkan berjualan bisnis Sekolah Musik.
Istilah Purdi, dikenal dengan konsep Bobol, (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Artinya, tidak perlu merintis usaha sendiri, cukup bersinergi dengan bisnis yang sudah teruji dan tawarkan kerja sama untuk pengembangan usaha tersebut.
Jikalau konsep franchise masih menjadi momok Anda, atau belum memenuhi persyaratannya, bisa juga disebut berjualan peluang usaha atau mencari mitra usaha.
Ngutang yuk!
Modal adalah alasan terbesar yang paling sering diklaim sebagai hambatan usaha terbesar. Banyak usaha potensial berjalan di tempat dikarenakan kekurangan modal.
Mungkin dengan enteng ada yang nyeletuk, "Utang saja!" Nah, itulah masalahnya. Utang adalah hal yang sensitif bagi sebagian orang.
Namun demikian, ada kelompok lain yang mengganggap utang itu indah. Tentu saja tergantung utangnya dipakai untuk apa dulu. Jika kita berutang untuk kebutuhan konsumtif, dan tidak menghasilkan uang, sangat tidak disarankan.
Lain halnya dengan utang produktif untuk pengembangan usaha atau menambah aset produktif kita. Jadi semua tergantung yang memanfaatkannya.
Yang sering menjadi penghalang bagi pengusaha kecil tidak berkembang adalah sikap keserakahannya sendiri. Ketidakrelaannya berbagi keuntungan dengan orang lainlah yang menyebabkan enggan mencari investor.
Coba kalau otak pengusaha kita aktifkan, lebih cepat mana, naik sepeda sendiri atau naik mobil bersama-sama? Bukankah targetnya membesarkan usaha kita secepat mungkin?
Dana Bank
Lain orang, lain pemikiran. Cara lain mencari modal adalah berutang di bank. Zaman sekarang, berutang di bank relatif mudah. Apalagi jika Anda memiliki agunan, misalnya rumah.
Bagaimana jika rumah Anda belum lunas, apakah bisa mendapatkan dana dan bank? Bisa, yaitu dengan me-refinance (mengkreditkan ulang), baik di bank yang sama maupun yang berbeda.
Misalnya, KPR Anda sudah terbayar 90 persen, Anda bisa me-refinance bahkan lebih besar dan saat Anda membeli rumah dulu. Karena bisa jadi penilaian harga rumah Anda saat ini, telah naik di mata bank.
Tidak hanya rumah, mobil, motor, mesin dan emas pun bisa. Sekarang sangat banyak bank-bank yang menawarkan pinjaman tanpa agunan. Baik menggunakan kartu kredit atau pun yang ditagih harian.
Hanya saja kredit tanpa agunan, bunganya lebih besar dibanding kredit yang reguler. Semua tergantung kondisi dan kebutuhan kita.
Yang terpenting pada saat berutang di bank adalah apakah kapasitas bisnis kita bisa membayar cicilannya?
Mungkin Anda menanyakan, "Bank mana yang bagus Pak?" Jawabnya: "Bank yang mau memberi utang Anda!".
Tapi jangan dipikir, dengan adanya agunan lantas bank mau begitu saja mengucurkan dana. Yang terpenting bagi bank adalah kredit-nya terbayar lancar.
Agunan hanya akan digunakan dalam kondisi sangat mendesak. Selain kapasitas usaha kita, hal terpenting lainnya adalah kredibilitas kita atau track record sebagai seorang pengusaha maupun individu.
Nah, jangan kaget, jika kebanyakan bank mensyaratkan peminjaman uang ke usaha Anda, hanya jika usaha Anda sudah berjalan minimum dua tahun. Maka dari itu, mulailah usaha Anda sejak dini.
Meskipun usaha Anda jatuh bangun, asalkan tetap bertahan, track record Anda akan diperhitungkan.
Track record tidak cukup dengan mengatakan bahwa usaha Anda sudah berdiri selama 10 tahun, tapi juga harus dibuktikan di rekening bank.
Sebisa mungkin transaksi perdagangan Anda 'dilewatkan' ke bank, bukan di bawah bantal. Pisahkan keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi.
Semakin sering uang Anda 'mampir' di bank, semakin akrab Anda dengan bank, sehingga semakin mudah Anda meminjam uang nantinya.
Bahkan dengan jaminan yang sama, jika akumu- lasi transaksi Anda (di bank) bertambah, Anda bisa mendapatkan 'plafon' pinjaman lebih besar.
Bagaimana dengan kelengkapan administrasinya, seperti NPWP, SIUP, TDP, laporan keuangan dan kawan-kawannya? Hal itu bukanlah masalah besar, banyak biro jasa yang dapat membantu Anda melengkapinya.
Nah, bagaimana pun tak dipungkiri, bahwa akses itu lebih mempermudah proses pencairan kredit. Sama halnya jika Anda akan meminjamkan uang kepada seseorang, tentu Anda harus memastikan kredibilitas orang tersebut, kan?
Jika ada kawan Anda yang sangat terpercaya mengatakan seperti ini, "Oh, jangan takut, orangnya sangat bisa dipercaya dan komit dengan janjinya". Pasti Anda akan lebih berani me- minjamkan uang, betul? Referensi, bagaimana pun tak bisa dipungkiri.
Namun terbukti banyak pengusaha sukses yang tidak memiliki koneksi ke bank, gol juga tuh. Semua tergantung dari kegigihan kita dalam memperjuang sesuatu.
Modal Tenaga
"Bagaimana caranya... buka usaha tanpa modal?" Kalau kita tenang, solusi pun datang. Putuskan untuk tetap menjadi pengusaha dengan cara mencari investor.
Apa yang dijual? Tak lain dan tak bukan adalah kredibilitas. Kredibilitas bukanlah sekadar kejujuran, tapi juga keterandalan.
Yakinkan pihak investor. Ayo menukar tenaga dan tanggung jawab dengan saham senilai 30 persen. Istilah yang populer adalah saham kosong.(firmansyah)