* Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Optimal
PEMPROV Sulsel berharap agar pembiayaan kesehatan pada masa desentralisasi ini dapat mewujudkan komitmen daerah terhadap kesehatan, yang tercermin dalam APBD-nya.
Besaran alokasi anggaran telah mendekati nilai normatif misalnya sesuai dengan standar WHO, cukup untuk membiayai pelayanan kesehatan prioritas, penduduk miskin terlindungi, biaya operasional dan pemeliharaan tercukupi.
Besarnya biaya kesehatan dari APBD Sulsel lebih besar dari APBN, dan biaya untuk program/pelayanan langsung tercukupi.
Olehnya itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr H Rachmat Latief SpPD M.Kes FINASIM, Pelayanan Kesehatan Gratis menjadi efisien, karena pelayanan kesehatan yang diberikan itu dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan keuntungan lebih dekat dengan rakyat, lebih responsif, dan lebih sesuai permintaan
Sesungguhnya apabila dicermati bahwa program kesehatan gratis ini tidak justru merubah mindset bahwa layanan yang diberikan mulai dari tindakan, obat sampai jasa medis bagi provider karena gratis sehingga semua lini dari unsur pelayanan kesehatan semuanya menjadi gratis,
"Sekali lagi bahwa tidak ada satu item pelayanann pun yang gratis dalam hal ini karena semuanya dibayarkan oleh pemerintah daerah," urainya.
Begitu pun tidak ada yang berubah dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sarana pelayanan kesehatan temasuk di rumah sakit.
Buku pedoman sebagai rujukan setiap tindakan pelayanan yang diberikan telah begitu gamblang menjelaskan. Apabila dicermati tidak ada perbedaan yang mendasar sedikitpun dengan program Jamkesmas yang digulirkan pemerintah pusat, justru saling melengkapi dan saling menunjang.
Hal ini bisa kita lihat pada pembagian kepesertaan yaitu yang tidak tercover dengan jamkesmas di cover oleh program kesehatan gratis ini, selain Benefit Package (Paket mamfaat) pelayanan yang diberikan termasuk jasa layanan yang diberikan dihitung dari setiap tindakan yang diberikan.
Maka sangat logis sekali ketika program kesehatan gratis ini muncul maka otomatis menambah variasi pelayanan di rumah sakit menyusul pelayanan peserta Askes, Jamsostek,Jamkesmas, dan lainnya.
Pertambahan jenis pelayanan kepesertaan ini otomatis jasa layanan yang diperoleh pihak pemberi jasa layanan bertambah.
Bukan sebaliknya, menurut Kepala Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Dinkes Sulsel Rahmat Jaya SKM Mkes, seperti realitas dari hasil penelitian yang dilakukan Balitbangda Sulsel baru-baru ini bahwa di tiga rumah sakit sebagai provider dari program kesehatan gratis menunjukan tingkat pelayanannya tak emuaskan pasien.
"Jadi ironis kalau pasien kesehatan gratis mendapat pelayanan yang teranaktirikan dari pihak provider (pemberi Pelayanan) sehingga pasien merasa tidak berbahagia karena merasa dibedakan dalam perlakuan," tegas Rachmat Latief.(adv/fir)
penjelasan kepala dinkes
Perbaikan Butuh Waktu dan Konsistensi
PROGRAM kesehatan gratis ini merupakan salah satu program dari sekian banyak perogram yang telah ada digulirkan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat khususnya rakyat Sulawesi Selatan.
Banyak program yang saling menunjang untuk mencapai derajat kesehatan tersebut dan itu tidak kemudian bisa dicapai dalam waktu yang singkat.
Dalam ilmu promosi kesehatan, merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat, seperti membuang sampah pada tempatnya, cuci tangan sebelum makan sampai kepada larangan untuk tidak merokok karena sangat merugikan kesehatan membutuhkan waktu yang tidak singkat dan sangat sulit.
Hal membutuhkan komitmen dan konsistensi secara terus menerus dan tentunya sustainabilitas program kesehatan yang tetap terjaga termasuk program kesehatan gratis ini.(adv)
*dr H Rachmat Latief SpPD M.Kes FINASIM, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel
Tahun Ketiga kesehatan Gratis Fase Pengembangan
PROGRAM kesehatan gratis telah memasuki usia tiga tahun dan itu belum menjadi usia yang cukup dewasa dalam menata semua kelemahan-kelamahannya dibandingkan program pusat.
Program pusat telah digelar sejak 1998 yakni program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) lalu berkamuflase menjadi Askeskin sampai Jamkesmas yang kita kenal sekarang ini.
Program kesehatan gratis di usia tiga tahun ini oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dicanangkan tahun ini sebagai fase Pengembangan yang sebelumnya di awal pemunculannya tahun 2008 akhir sebagai tahun uji coba dan tahun 2009 sebagai fase pemantapan.
Fase pengembangan ini ditandai dengan rencana mempihak-ketigakan kesehatan gratis ini dengan Badan Penyelenggara (Bapel) Asuransi kesehatan yang khusus pengelola System jaminan kesehatan yang lebih professional dan akuntable di bidangnya.
Badan penyelenggara asuransi kesehatan ini, gubernur Sulsel menginstruksikan untuk mengurusi tiga hal pokok dalam sistem perasuransian.
Tiga unsur itu yakni membuat data based kepesertaan yang valid karena selalu ter-updet setiap tahun. Kedua mengatur mekanisma pelayanan yang efektif dan efisien dengan Konsep Manage Car.
Ketiga ppengelolaan keuangan yang transparan dan akuntable dan dapat dilihat oleh publik sebagai bentuk moral pertanggung jawaban.
Diharapkan nantinya ketiga unsur ini akan semakin menutupi kekurangan-kekurangan atau masalah yang timbul dalam program kesehatan gratis ini.(adv)
tips hidup bersih dan sehat
Konsumsi Sayur Kurangi Angka Kematian
TAHUKAH Anda bahwa kita bisa berkontribusi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dengan cara mudah, yakni meningkatkan asupan sayur dan buah dalam menu harian kita?
Mengonsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari bisa mencegah 15.000 kematian dini, termasuk 7.000 kasus penyakit jantung koroner, 15.000 akibat kanker, dan lebih dari 3.000 akibat stroke.
Meningkatkan asupan serat juga akan menyelamatkan 4.000 jiwa, demikian dilansir dari hasl penelitian para ahli dari Oxford University.
Angka kematian juga bisa dicegah dengan mengurangi konsumsi garam dan asupan lemak. Paling tidak 33.000 nyawa bisa diselamatkan jika jumlah orang yang makan serat secara nasional meningkat.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Community Health itu menganalisis kematian akibat stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner dengan menghitung asupan makanan dan nutrisi.
Penelitian juga dilakukan untuk melihat pengaruh pola makan pada angka kesakitan dan kematian dini pada tahun 2005 hingga 2007.
* Drs Haryamin Apt M.Kes, Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Sulsel