■ 10 Kiat Mensucikan Jiwa (4 Habis)
#firibook -- Empat kiat terakhir dari 10 kiat mensucikan jiwa yang disampaikan Ust Abu Ahmad Kasman yakni perbanyak mengingat kematian, memilih teman duduk yang baik, waspada dan hati-hato dari ujub, serta yang terakhir mengenali diri.
Berikut uraiannya :
7. Banyak ingat kematian
Rasulullah memerintahkan kita untuk memperbanyak mengingat penghancur kelezatan yakni almaut dalam haditsnya dari Abu Hurairah, yang diriwayatkan. Ashabus Sunan, dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’.
أَكْثِرُوا ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ –يَعْنِي الْمَوْتَ
Karena kata Rasulullah
فَمَا ذَكَرَهُ أَحَدٌ فِي سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ، وَلَا فِي ضَيْقٍ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ
“Tidaklah seseorang mengingat mati pada waktu lapang hidupnya, kecuali akan menjadikan dia merasa sempit (umurnya terasa pendek dan semakin dekat ajalnya). Dan tidaklah (dia mengingat mati) pada waktu sempit hidupnya (karena sakit, fakir, dll) kecuali akan menjadikan dia merasa lapang (karena mengharapkan balasan dari Allah dengan sebab keikhlasan dan kesabaran ketika menghadapinya).” (HR. Ibnu Hibban, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Al-Irwa’ [no. 682] bahwa sanadnya hasan)
Maka jadilah dunia tak ada nilai di matanya orang yang selalu mengingat mati. Maka ia akan senantiasa melakukan kebaikan dan ketaatan.
8. Memilih teman duduk yang baik
Berdasar firman Allah Ta’ala dalam surah Al Kahfi: 28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ …
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka ...”
Ayat ini merupakan perintah berteman orang-orang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Makna dari hadits ini memerintahkan jangan menjadikan teman dekat seseorang kecuali kalian ridhoi amal dan agamanya.
Karena seorang teman akan menuntun kalian sama dengan mereka dan pemahaman yang mereka miliki. Tapi jangan kalian tertipu dengan diri (iman) kalian lalu berteman dengan seorang yang tidak kalian ridhoi agama mereka.
9. Waspada dan hati-hati dari uzub dan tertipu dengan diri
Allah berfirman janganlah kita tazkiyah (anggap diri) bertaqwa, Allah ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)
Karena orang yang uzub biasanya akan malas lakukan kebaikan (dan selanjutnya akan mudah terjerumus pada keburukan) yang selanjutnya akan kotori jiwanya. Sedangkan orang merasa kekurangan maka akan terus lakukan kebaikan.
10. Mengenali diri/jiwa
Allah sifatkan jiwa dalam quran ada 3 jenis.
1. Nafsu mutmainnah. Dalam quran "Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Maka selalulah melakukan kebaikan dan kewajiban serta menjauhi dosa.
2. Jiwa yang menyesal. Jiwa ini dimiliki seseorang yang kadang melakukan kebaikan kadang tidak. Dan melakukan kewajiban tapi sunnah tidak.
3. Jiwa yang memerintah pada perkara yang jelek haram dan dosa. Sebagaimana dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb ku. Sesungguhnya Rabb ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Yûsuf/12:53].(fir)
*) Sumber