.

.

Senin, 07 April 2014

Air, Nikmat dan Ujian Allah

“…Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS Al Anbiya’ : 30)

FIRIBOOK - Saat hendak mandi pagi di Minggu kemarin, mendadak air tidak mengalir. Bolak-balik kran air diputar, tak kunjung airnya nongol. Bak air kosong dan mesin pompa tak menghisap rupanya. Saya cek...bunyinya rada beda, tak ada air yang diisap.

Berhubung si sulung sudah harus diantar ke Mal Panakukkang untuk mengikuti lomba menggambar (ia delegasi mewakili SD IT Alinsyirah) maka saya putuskan untuk tidak mandi dan bersegera menuju kota.


Yah...mungkin sempat rencananya ingin numpang mandi di toiled mall atau singgah ke kantor untuk menyegarkan diri. Namun ternyata sulid diwujudkan hajat tersebut. Maka seharian Minggu kemarin saya tidak mandi.

Soal tidak mandi, saya sesungguhnya sudah terlatih saat hidup menumpang kost di sekretariat pers mahasiswa UMI, Sao Kareba UPPM. Selama berhari-hari kami penghuni setia sekretariat menerapkan berbagai jurus da tips jika air di tangki penampungan air kampus II UMI tak tersedia.

Jurus yang paling legendaris menjaga kenyamanan diri jika tak mandi yakni menyiasati pemakaian celana dalam, dengan strategi side A dan side B. Jika side A (normal) telah digunakan maka side B (terbalik) di manfaatkan keesokan harinya.

Jorok sih...tapi kami jadi terbiasa dengan aroma selangkangan lembab dan berkeringat seperti itu.

Pokoknya selama seharian di kota saya kepikiran soal mesin pompa.Saat arisan keluarga (ya sempat hadiri arisan juga dengan kondisi demikian) tak leluasa berinteaksi.Ya Allah bakal tidak normal hingga Senin depan. Kebayang rencana untuk pinjam air di tetangga atau mengungsi mandi ke masjid.

Terasa betul....ujian Allah atas ketiadaan air dalam sehari ini. Pelajarannya, bahwa dengan kondisi demikian kami baru merasakan nikmat Allah berupa air yang disediakan dan diberiNya cuma-cuma bagi kehidupan kita.

Seperti halnya kita baru bisa rasakan nikmat sehat, jika Allah uji sedikit dengan sakit. “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS Al Mu’minuun : 18)
 
Sorenya, setelah tiba di rumah, saya mencoba mengutak-atik pompa. Rupanya...mesin pompa air hanya butuh diberi pancingan lagi agar bisa kembali mengisap air dari kedalaman 20-an meter.

Saat saya berhasil mengalirkan lagi air tersebut, kami sekeluarga sontak gembira, ceria dan seperti usai memenangkan pertandingan. Saya dan istri saling toss dan berpelukan, laiknya saya usai mencetakkan gol ke gawang. Ya kami sangat gembira dan bersyukur.

Duh jika Allah menahan saja dalam dua tiga hari ke depan nikmat air ini gak terbayangkan dah.... Saya pun membayangkan bagaimana susahnya manusia di belahan dunia lain yakni di NTT atau di Afrika yang krisis air. Bersyukur Allah menempatkan kami tinggal di Makassar yang berlimpah air.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan air dari langit, lalu ia terserap ke dalam bumi, kemudian Dia mengalirkannya ke bagian-bagian bumi sesuai apa yang dikehendaki-Nya, dan ditumbuhkan-Nya mata air-mata air di antara yang kecil dan yang besar sesuai kebutuhan. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman “maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi”.

Luar biasanya...air itu ada tepat di bawah rumah kami (bayangkan jika tidak ada sumber air dibawah rumah, seperti halnya ada rumah lain di kompleks kami yang kekurangan air, saban kemarau mengering). Subhanallah...baru terasa nikmat itu....(firmansyah lafiri)