.

.

Rabu, 05 Februari 2014

Indonesia Lawak Club Lebih Lucu dari ILC

FIRIBOOK, Rabu (5/2/2014) - Suatu hari usai shalat di masjid kompleks kami, satu-dua jamaah terlibat serius berbicara persoalan hukum nasional, soal korupsi tentunya, hingga perpolitikan internasional di nun Arab sana Syiriah dan Mesir.

Saya hanya tersenyum menyaksikan dan mendengarkan diskusi dengan tema canggih itu. Yah..sangat suasana dan diskusi ala redaksi, warkop, dan di kampus dulu banget.

Rupanya saya sudah jenuh dengan tema pembicaraan seperti ini. Sejurus kemudian saya terbahak. Kumpulan bapak jamaah tadi tentunya heran.

Rupanya saya terbahak ternyata bukan untuk mengolok tema pembicaraan itu apalagi bentuk dari kejenuhan saya. Ternyata pada saat itu entah bagaimana saya tiba-tiba teringat sudah 3 hari istri uring-uringan pada saya lantaran saya belum juga sempat mengganti bohlam lampu teras.

Itulah lucu dan sedikit naifnya cerita ini bagi saya. Boro-boro saya menghabiskan energi mengurus dan berdiskusi--agar berkesan peduli--tentang masalah negara (korupsi) atau soal politik internasional, lah..untuk urusan domestik saya mengganti bohlam lampu saja sudah 3 hari ini tak kelar-kelar.

***

Kemarin, saya memberanikan diri menegur sejumlah rekan komunitas saya dari UPPM UMI, yang rajin dan gemar mengirimkan BC ke BB saya soal politik dan hukum/tindak korupsi, agar menghentikan BC sejenis ke BB saya.

Maklum, sebagian besar mantan aktivis mahasiswa kalau tidak bekerja di media, ya...terlebih dulu singgah transit di NGO/LSM sebelum ke politik.

Dua-tiga tahun terakhir memang saya sudah tidak menggubris dan tak tertarik lagi dengan pembicaraan dan diskusi soal politik dan hukum negara. Walau sempat menjadi tim Media Center salah satu kandidat Gubernur.

Keanehan ini semenjak saya mengikuti pelatihan Quantum Ikhlas. Sarannya, hindari menonton berita TV dan membaca media. Untuk sekadar tahu oke tapi jika perasaan dan emosi sudah mulai terlibat, hentikan.

Saat jam-jam berita di TV nasional saya kini memilih pindahkan chanel di Cartoon Network, National Geografi atau hingga Rodja TV. Langganan koran saya hentikan. Status FB soal politik dan hukum saya skip atau langkahi. Indonesia lawyer club di TVOne saya talak diganti dengan Indonesia Lawak Club di Trans 7 kikikikkk...

Terakhir realitas soal tak perlu TV dan media ini saya saksikan dan rasakan syahdu dan tenangnya kehidupan para warga Ponpes Pusat Hidayatullah Bukit Tembak. Bahwa memang ternyata tidak ada masalah walau kita tak mengetahui semua berita dan perkembangan politik dan hukum.
  
Yah... lumayan memang ada kenikmatan sendiri yang saya rasakan dengan tak banyak mengetahui semua hal yang disajikan media. Penggantinya kini saya hobi menikmati referensi dan artikel berbau spiritual, motivasi dan inspirasi hingga sesuatu yang praktis soal tips dan trik soal pelihara ikan hias dan griya.

"Bos saya sdh tidak berminat dengan BC politik dan hukum, yang soal spiritual dan inspirasi mo" balasku
 
"Politik dan hukum juga itu ibadah dan spiritual," sergah teman mengajak debat.

"Tapi membuat saya pusing, sudah cukup saya dipusingkan oleh dosa Ribaku sekarang yg lagi berusaha saya selesaiakan, cicilan mobil dan rumah. Boro-boro dipusingkan soal negara," tulisku panjang.

"Hahahaha...." balasnya.  Iya sih lucu memang. Maafkan jika tak berkenan. Ikhlaskan saya untuk tak menjadi bagian dalam hiruk-pikuk perbincangan politikan dan hukum negara.

Lagi pula sudah banyak yang jago berdiskusi dan peduli soal ini, tukang ojek di kompleks rumah saya saja kini jadi tim sukses caleg ini dan itu. Dan mereka jago menganalisa peta perpolitikan dan intrik hukum itu.(firmansyah lafiri)