Cara Tercepat & Terampuh jadi Pengusaha (1)
SEANDAINYA sekarang Anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun kurang dari Rp 5 juta rupiah sebulan. Apakah Anda bisa mendapatkan uang Rp 50 juta, jam 9 esok hari, sebagai modal usaha? Ya, sebagai modal usaha Anda. Nah, saat saya menyampaikan pertanyaan ini kepada peserta seminar, hampir semua menjawab, tidak bisa.
Kenapa? Karena mereka mengukur kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Taruhlah penghasilan mereka rata-rata Rp 5 juta per bulan, paling banter tabungannya Rp 2 juta per bulan.
Maka, perlu 25 bulan untuk mendapatkan Rp 50 juta. So, secara logika hampir mustahil mendapatkan uang sebanyak itu esok pagi, apalagi sekadar sebagai modal usaha.
Lalu, bagaimana reaksi mereka (dan Anda tentu saja) jika kondisi atau pertanyaan itu saya ubah? Bahwa jika seorang yang Anda cintai divonis mengidap tumor ganas di otaknya dan harus dioperasi jam 9 besok dan harus menyerahkan Rp 50 juta. Bagaiamana? Apakah Anda masih mengatakan atidak bisa. Mayoritas akan menjawab "harus Bisa".
Kenapa? Karena kepepet! Jika tidak, nyawa orang yang Anda cintai akan melayang. Entah dari mana dapat duitnya...
Satu hal yang pasti
Sebenamya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak diberikan pilihan untuk 'tidak bisa', manusia akan berpikir dan mencari jalan 'bagaimana harus bisa'. Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang lain atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Padahal, hanya satu hal yang pasti dari uang yang Anda gunakan untuk menyelamatkan buah hati, yaitu HANGUS! Entah selamat, (maaf) meninggal, ataupun rawat jalan, uang itu tidak bisa Anda minta balik. Lain halnya jika uang tadi kita gunakan untuk modal usaha. Ada 2 kemungkinan, bisa untung atau rugi. Kalaupun rugi atau balik modal saja, sebenamya tetap ada keuntungan yang kita raih. Yup! Pembelajaran.
Kepepet Vs Iming-iming
Ada 2 sebab yang membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai kurang motivasi.
Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun pelatih/trainer motivasi pada umumnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan peserta pelatihan (audiens).
"Apa Impian Anda? Siapa yang kepengin punya mobil mewah? Rumah mewah? Atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan. Apa jadinya? Mereka tetap diam di tempat.
Coba lihat salesmen. Jika ditargetkan penjualan dengan sekadar iming-iming betul akan termotivasi tapi belum tentu akan menjual sesuai target tapi jika ditambah dengan ancaman dipecat jika tak tercapai target maka energinya akan semakin berlipat.
ltulah yang disebut The Power of Kepepet. 97 % orang termotivasi karena kepepet, bukan karena iming-iming. Maka ada pepatah mengatakan "Kondisi kepepet adalah motivasi terbesar di dunia."
Banyak perusahaan mengampanyekan 'visi' besamya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin". Bukannya salah jika karyawan tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi pada masa mendatang ataupun berupa hukuman (punishment).
John P Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of Urgency" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi.
Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengomunikasikan visi. Fungsi visi adalah memberikan arah, sedangkan The Power of Kepepet mendorong untuk bergerak.
Dari Mana Datangnya Kekuatan Itu?
Anda pasti pernah mengalaminya. Menjelang ujian esok harinya, Anda belajar semalaman. Apa yang terjadi? Otak Anda seolah 'melar' dengan cepat, mempelajari banyak hal hanya dalam satu malam. Anehnya juga, rasa kantuk dan lelah pun terkalahkan .
Di Kanada, ada seorang ibu yang bertarung melawan singa selama lebih dari 2 jam, demi menyelamatkan buah hatinya. Meski akhimya dia tewas di perjalanan menuju rumah sakit, namun anaknya berhasil diselamatkan.
Pernahkah Anda dihadapkan oleh situasi di mana Anda tidak diberi pilihan untuk berkata Tidak Bisa? Dalam kondisi terdesak yang menuntut Anda Harus Bisa, anehnya keajaiban-keajaiban atau kebetulan-kebetulan itu terjadi.(fir)