* Cara PT Maruki Hijaukan Sulsel
MASYARAKAT Jepang akan menyumbangkan setiap bulan dana sebanyak Rp 100 juta untuk penghijauan di Sulsel.
Dana itu merupakan donasi dari masyarakat Jepang yang membeli produk buatan PT Maruki International Indonesia berupa Butsudan (altar Buddha).
Butsudan adalah furnitur khas dan tradisional di Jepang yang ditempatkan di sebuah rumah untuk mengenang anggota keluarga yang telah meninggal dunia dan menenangkan arwah mereka. Maruki memproduksi sekitar 800 unit Butsudan tiap bulan yang diekspor ke Jepang.
"Tiap Butsudan yang terjual bernilai satu pohon yang harus kami tanam di Sulsel," ujar Executive Director PT Maruki International Indonesia Taufik Fachrudin di ruang kerjanya, Kawasan Industri Makassar, Selasa (23/9).
Itu adalah komitmen dari owner (pemilik) Maruki di Jepang. Taufik menuturkan, masyarakat Jepang yang membeli Butsudan dari Maruki akan mendapatkan sertifikat telah menanam pohon eboni di Sulsel.
"Mereka (masyarakat Jepang) mengaku sangat senang dengan program itu, apalagi kualitas eboni Sulsel sangat disukai di Jepang," urainya. Tahap awal dana itu sebagian besar dialokasikan untuk gerakan penghijauan di Bantaeng.
Bantaeng saat ini dipimpin oleh mantan pendiri Maruki, Nurdin Abdullah. "Bupati Bantaeng berkomitmen untuk menjadikan Bantaeng sebagai pusat pembibitan dan kabupaten terhijau di Sulsel," kata Taufik.
Pengelolaan dana dan program penghijauan itu dilakukan oleh Maruki Foundation yakni yayasan sosial yang didirikan mantan Rektor Unhas almarhum Prof Fachrudin.
Di kawasan pabrik PT Maruki suasana asri dan teduh sangat teras. Lahan tak dibiarkan kosong, sebagian unit produksi juga bekerja di antara kerimbunan pohon.
"Kita inginkan Maruki seperti pabrik yang berada di tengah hutan," tutur seorang staf Maruki saat mengajak Tribun keliling kompleks pabrik.
Tribun diajak melihat 400 ribu pohon yang baru dibibitkan. Tampak terlihat bibit pohon kemiri, nyato, maupun eboni tumbuh menghijaur.(fir)