Rabu, 18 Februari 2009
Sutera Zhuhai China dan Sutera Sengkang
laporan on the spot dari Macau
SUTERA secara umum dimana-mana dikenal sebagai salah satu jenis tekstil yang paling diminati dan memiliki harga yang lebih mahal dari tekstil jenis lainnya. Demikian pula halnya dengan sutera Sengkang maupun sutera asal China.
Rombongan rapat kerja dan tur Semen Bosowa kemarin, Kamis (12/2), mengunjungi daerah salah satu pusat produksi dan perniagaan sutera China yakni Zhuhai. Satu pengalaman menarik rombongan yakni saat datang ke salah satu pusat perbelanjaan khusus yang memasarkan produk-produk berbahan dasar sutera, Qixiang Silk.
Awalnya sebagian rombongan dari makassar yakni manajemen Semen Bosowa dan distributor tak begitu antusias berbelanja namun belakangan ikut memborong sejumlah belanjaan. Tentunya karena sutera di Sulsel lebih murah.
Salah satu alasan karena "dihipnotis" oleh konsep wisata belanja yang lengkap pilihanya dan mendidik, sekaligus eksklusif mengentalkan aura kemewahan dari sutera. Rombongan memasuki pusat perbelanjaan ditandai terlebih dahulu dengan stiker khusus sebagai visitor.
lalu diarahkan memasuki ruangan pertama yang ternyata tak memajang produk belanjaan tapi sebuah ruangan layaknya sebuah musium. Proses produksi mulai dari pembiobitan, pemupukan dan pemeliharaan pohon murbei dijelaskan dengan detail, lengkap dengan skema dan visualisasi yang menarik.
Demikian pula proses tumbuhnya ulat dan menghasilkan air liur sebagai biang dari benang sutera. Tak hanya sampai di situ. Proses pemintalan hingga penenunan lengkap dengan proses olahan tabhanan dijelaskan dan diperlihatkan oleh orang yang berkompeten dibidang itu.
Diaroma sejarah produksi dan perdagangan sutera China beribu tahun lalu juga ditampilkan termasuk peraltan dari yang tradisional hingga termodern dipajang. Sekali lagi semua itu dipajang dan digelar di sebuah pusat perbelanjaan bukan musium apa lagi sebatas pameran.
Puas sekaligus bosan dengan hal itu, pengunjung mulai diarahkan memasuki garai-gerai dengan masing-masing spesifik pajangan.
Mulai dari gerai seprai (bed cover), lalu busana berbagai macam jenis, model dan peruntukan baik untuk laki-laki maupun perempuan dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Hingga yang terakhir di gerai yang menawarkan segala macam aksesori, bahan dekorasi interior tentunya semua dari sutera.
Yang menarik adalah konsep penempatan produk mulai dari termahal hingga murah. Strategi penjualan itu cukup efektif karena disaat calon pembeli mulai "frustasi" dengan produk sutera yang mahal lalu disodorkan beragam pilihan yang semakin murah.
Seandainya potensi sutera sulsel diperdagangkan dengan konsep yang kira-kira diinspirasi oleh hal serupa di Zhuhai, China tentunya akan semakin menambah nilai (value) sekaligus menjadi objek wisata belanja yang akan semakin mengentalkan Sulsel sebagai produsen utama sutera Sulsel.(fir/oca)