Pangkajene, Tribun - Bupati Pangkep Syafrudin Nur memutasi sebanyak 75 pejabat eselon II, III, dan IV di lingkup Pemkab Pangkep. Pelantikan dilakukan di kantor bupati setempat, Senin (23/3).
Pergeseran terutama di tingkat kepala bagian dan sejumlah kepala desa/kelurahan. Seorang kepala dinas dipindahkan menjadi staf ahli.
Dalam pidato saat pelantikan itu, Syafrudin menyinggung soal "isu panas" yakni iklim politik menjelang Pilkada 2010 di Pangkep.
Syafrudin menyebut soal aparatnya yang mulai ikut berpolitik praktis, menjadi provokator, dan move para lurah.
"Aparat tak perlu ikut ini dan itu, profesional saja, apalagi menjadi provokator. Saya perintahkan ke sekda siapa yang ikut-ikut (berpolitik) tak ikut arus pemda bekerja untuk rakyat, singkirkan saja," tegasnya.
Syafrudin juga menuturkan bahwa Pilkada Pangkep masih lama. "Jadi lurah maupun camat tak perlu membikin acara ini itu untuk saya. Jabatan bagi saya amanah dan berusaha berbuat terbaik untuk rakyat," katanya disertai tepukan tangan.
"Saudara bekerja dengan baik saja untuk rakyat. Saya tak akan perintahkan untuk membersihkan got, biar pasukan kuning saja. Dan itu pun sudah membuat Pangkep sebagai kabupaten terkemuka nasional untuk kategori kabupaten kecil," ujar Syafrudin.
Wacana politik di daerah penghasil bandeng itu mulai "memanas" sejak terungkap rencana dan pergerakan yang dilakukan mantan Bupati Pangkep Baso Amirullah yang berkeinginan untuk kembali maju di Pilkada untuk memimpin Pangkep.
"Saya mau memperbaiki lagi pesantren yang telah saya bangun," ujar Baso sebelumnya. Meski tidak secara langsung, namun Syafrudin menyinggung pula soal itu.
"Saya hargai senior, setiap HUT saya undang dan beri tempat khusus. Tak ada pengusiran di lapangan tenis tapi semata karena mau direnovasi untuk persiapan Porda Sulsel. Saya tidak punya dendam politik, contohnya sekda," jelasnya.
Belum lama ini, kerabat Baso mengirim keterangan pers ke media soal dilepasnya net usai Baso Amirullah bermain tenis di lapangan dekat rumah jabatan bupati.
Baso saat menjadi Bupat Pangkep dikenal karena ketegasannya terhadap aparat, antara lain memerintahkan tiap hari tertentu untuk kerja bakti dan karena kebijakan kuningisasi masjid.(fir)