.

.

Sabtu, 03 Januari 2009

Memandu Kepala Dinas Ekspose Kinerja

AWAL pekan ini aku kembali dipercaya memandu ekspose kinerja para kepala dinas dan badan di lingkup Pemprov Sulsel. Kegiatanya selama dua hari. Ini salah satu kliping koran yang memuat berita ekspose tersebut.

Puluhan Sekolah Tolak Dana Pendidikan Gratis

Makassar, Tribun -
Puluhan SD dan SMP di Makassar dan Toraja menolak menerima dana pendidikan gratis dari Pemprov Sulsel dan dana biaya operasional sekolah (BOS).

Sekolah tingkat SD dan SMP yang menolak kedua mata anggaran pendidikan tersebut tercatat di Makassar 23 sekolah antara lain SD/SMP Athirah, SD/SMP Kartika, Dian Harapan, Nusantara, Pesantren IMMIM, YPS Soroako dan Gelail.
Sebagian besar merupakan sekolah swasta yang selama ini merupakan sekolah favorit dan diminati. Belasan lainnya di SD/SMP di Toraja.
Dana pendidikan gratis berasal dari Pemprov Sulsel sedangkan dana BOS dari pemerintah pusat. "Sekolah-sekolah tersebut beralasan memajukan pendidikan dengan anggaran sendiri," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sulsel Patabai Pabokori saat ekspose kinerja di kantor gubernur, Makassar, Selasa (30/12).
Alasan lain karena dana BOS dan anggaran pendidikan gratis itu sangat kecil, sementara biaya operasional sekolah-sekolah swasta itu Rp15 miliar lebih.
Menurut Patabai, jika sekolah tersebut menerima dana bantuan tersebut khawatir dibatasi aturan dan terkena sanksi. Sekolah yang menerima bantuan pendidikan dilarang memungut dana dari siswa dan orang tuanya.
"Tidak apa-apa mereka menolak bantuan pemprov asalkan lulusan bermutu dan berkualitas," katanya.
Diknas Sulsel selama 2008 menerima Rp 1,53 triliun dari APBN. "Sebesar 87,4 persen dana tersebut dikelola kabupaten/kota, sisanya 12,6 persen untuk biaya operasional dan administrasi Diknas Sulsel," katanya.
Dana pendidikan gratis dari Pemprov Sulsel Rp 193 miliar juga sudah dimasukkan ke rekening sekolah yang bersangkutan.
Patabai tak memungkiri masih banyak sekolah terutama yang ada di desa terpencil belum mengambil dana itu.(fir)

target produksi sapi sulsel
* 2009: 764.099 ekor * 2010: 822.350 ekor * 2011: 880.157 ekor * 2012: 943.341 ekor * 2013: 1.016.729 ekor

Mengejar Target Satu Juta Ekor Sapi

PEMPROV
Sulsel melalui Dinas Peternakan menargetkan daerah ini mampu meningkatkan
produksi ternak sapi hingga satu juta ekor.
"Hingga 2013 mendatangakan populasi sapi di Sulsel akan mencapai 1.016.729 ekor, bertambah 300 ribu ekor lebih atau 35 persen dari populasi sekarang sebanyak 711.419 sapi," tutur Kepala Dinas Peternakan Sulsel, Ir HM Arifin Daud Msi di kesepatan yang sama.
Target populasi ternak sapi setiap tahun antara 50 ribu-60 ribu ekor. Untuk memacu populasi itu pihaknya melakukan peningkatan mutu intensifiksi melalui penerapan teknologi budidaya sapi melalui kawin suntik dengan melibatkan peran kelembagaan kelompok tani ternak di tingkat kabupaten/kota.
Juga melalui intensifikasi kawin alam dengan akseptor 50 persen induk, penambahan induk sapi betina dan pejantan dengan tingkat kelahiran (CR) 41 persen dari sebelumnya 23 persen.
Upaya lainnya yakni pengendalian pemotongan sapi betina produktif di rumah potong hewan (RPH), menurunkan tingkat kematian dan perdagangan sapi antar pulau. Pemotongan sapi juga diturunkan.
Mengenai adanya peluang ekspor sapi ke Malaysia setelah pusat membuka kran ekspor, kata Arifin, pihaknya sudah melakukan penjajakan. Namun ia berharap Malaysia berinvestasi membudidayakan sapi di daerah ini.(fir)

22 Ribu Ha Kakao Akan Diremajakan

PEMPROV
Sulsel mengalokasikan Rp 2 miliar melalui APBD Pokok 2009 untuk meremajakan tanaman kakao pada 22 ribu hektar yang tersebar di sejumlah kabupaten.
"Itu untuk meningkatkan produksi," kata Kepala Dinas Perkebunan Sulsel, Burhanuddin. Saat ini umur kakao di Sulsel telah mencapai 15-20 tahun.
Peremajaan kakao tidak bisa ditunda lagi karena Sulsel produsen utama di Indonesia dan memiliki kualitas terbaik di dunia.
Daerah yang akan diremajakan kakaonya diantaranya Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Pinrang dan Sinjai.
Data Dinas Perkebunan menunjukan lahan kakao di Sulsel sekitar 250 ribu ha, sementara rata-rata produksi hanya 500 kg/ha/tahun. Produksi ideal 1,5 ton/ha/tahun. Rendahnya produsi itu karena serangan hama dan umur kakao sudah tua.
Selain program peremajaan kakao. Sulsel juga akan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp3 miliar untuk menyiapkan tenaga penyuluh dan membuat deplot-deplot di daerah itu. Untuk peremajaan kakao dibutuhkan sedikitnya 50 juta bibit.(fir)

75 % Irigasi di Sulsel Rusak

INFRASTRUKTUR
irigasi di Sulsel, menurut Kepala Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Soeprapto Budisantoso Msc, meliputi areal seluas 647.894 hektar.
Dengan jumlah bendungan/waduk sebanyak tiga buah, bendung 1.450 buah, irigasi primer 844 km, irigasi sekunder 2.052 km, dan irigasi tersier 3.200 km.
Namun kerusakan jaringan irgasi itu yang rusak berat mencapai 35 persen, rusak ringan 40 persen dan kondisi baik hanya 25 persen.
Meski dengan segala keterbatasan jaringan irigasi itu, Sulsel berhasil menghasilkan surplus beras 1,1 juta ton.
"Untuk peningkatan surplus beras itu diperlukan percepatan perbaikan prasarana irigasi, namun usulan Pemprov Sulsel untuk perbaikan yang telah disetujui pada tahun ini tak disediakan dananya," ungkapnya.
Menurutnya hal tersebut dapat mempersulit upaya Pemprov Sulsel untuk menjadi penyanggah pangan nasional dengan target surplus beras dua juta ton.(fir)