Rabu, 09 Oktober 2013
Saat Saya Dalam Perut Ibu
Firibook, Rabu (9/10) - Dapat foto tua dan lama di salah satu kronologi FB yang dimiliki kakakku. Foto di atas merupakan moment di saat ibuku Hj Atikah masih terbilang muda dan mengandung saya. Terlihat almarhum nenek kami Khadijah dan almarhum kakak Rosdiana dan Nurhaidah.
Mereka mengapit om Sudirman. Selepas menyelesaikan pendidikan kepolisiannya. Om Sudirman merupakan keluarga pertama kami yang masuk polisi. Sosok inilah yang menginspirasiku saat kecil untuk menjadi polisi. Saya merengek untuk dibelikan seragam polisi, dan begitu bangga mengenakannya sebagai pakaian bepergian terutama jika di ajak oleh orang tua ke kota.
Kakak Ros kakak perempuanku yang ketiga. Ia meninggal muda lantara sakit tipes yang dideritanya. Saya sebenarnya pernah menikmati kemanjaan sebagai anak bungsu. Tapi selepas kematiannya, orang tua kami "menggantikan" dengan melahirkan adik saya Yeni.
Nenek doji merupakan nenek yang dekat dengan kami. Ya karena ia nenek dari ibu, dan ibu lebih sering membawa kami ke rumah ibunya itu. Jadi kami cenderung lebih akrab dan dekat dengannya. Nenek doji yang paling saya ingat dalam keping memoriku yakni ajarannya untuk hidup survive dengan menjadikan lauk dari pisang dan pepaya masak menemani nasi, dan mengajarkan memakan belalang sebagai lauk lezat dan kaya protein.
Saat saya hamil, ibu bercerita, ia sangat doyan meminum susu kaleng. Kebetulan ibu dan bapak memutuskan untuk melakukan cuci gudang toko klontongnya. Mereka memutuskan berhenti menjual, menutup toko/kios barang campuran di rumah kami.
Ibu mengaku sudah tak sanggup lagi melayani pembeli. "Saat enak-enaknya tidur pintu toko diketuk warga hanya untuk beli korek," ujarnya beralasan. Untuk itu seluruh stok susu kaleng susu bendera cap Nona diputuskan untuk diminum habis olehnya, sekalian sebagai asupan gizi saat mengandung.
Cerita lainnya pula saat saya dalam kadungan, ibu mengaku psikologis dan keimanannya sudah stabil dan membaik. Terutama karena ekonomi dan taraf hidup keluarga sudah normal. "Umi saat hamil kamu sangat rajin mengaji," ujarnya.
Saat usia kehamilan ibu makin tua, papaku dan beberapa rekannya mendapatkan lembaran koran bekas bekas bungkusan barang dari kota. Dalam selembar koran bekas itu ada berita tentang Bunyamin S. Saat itu pelawak legendaris itu sedang naik daun dan digandrungi album dan filmnya.
Dalam berita koran usang itu ada tertulis nama narasumber (kalau tak salah atau soal anaknya Bunyamin bernama Firmansyah). "Kalau tidak salah nama anaknya Bunyamin S," tutur umiku. Maka Firmansyah dikapling oleh ajiku untuk menjadi nama anaknya yang segera lahir yakni saya.
Nama-nama lain yang tertulis di dalam koran bekas itu juga dikapling oleh temannya yang lain di antaranya oleh Om Ape yakni Feriyansyah. Walau belakangan nama teman seangkatan ku Feri berganti menjadi Suriyansyah. Maklum saja belum ada internet, televisi yang memutar sinetron untuk dicontek nama artisnya, dan buku daftar nama anak.
Maka di generasi kami saat itu nama yang kami sandang relatif sudah modern dibanding kakak-kakak kami yang nama-namanya masih sangat "tradisional" seperti Muhtar, Suaeb dll. hahahahaha... (*)
