Firitribun, Senin (14/10) - Listrik di hampir semua wilayah Makassar black out/off, padam. Status FB, BB serentak memaki hingga mencandai hal ini. Apalagi memang tepat di malam takbiran idul adha, malam persiapan untuk menyambut hari raya kedua bagi ummat Islam.
Tentu pasti kerepotan bagi ibu-ibu, mak-mak yang lagi serius menyiapkan masakan untuk esok. Tidak tanggung-tanggung lebih dari sejam dua jam padamnya. Dulu saat masih menjadi jurnalis kejadian seperti ini tentu menjadi kepanikan tersendiri. Apalagi saya sebagai penanggungjawab liputan di sektor ekonomi yakni BUMN.
Topik liputan langsung diubah, konfirmasi sana, wawancara sini. Kebayang pasti kerepotan nih..di lantai redaksi. Apalagi di saat sebagian awak redaksi kemungkinan lagi ramai-ramai ajukan cuti di saat momen lebaran begini.
Malam ini, tadi di saat listrik padam, kami bersama bapak-bapak komplek lagi berbenah menyiapkan kebutuhan shalat ied di pelataran masjid kami. Gelap-gelapan tapi sedikit remang malah jadi bikin asyik. Apalagi anak-anaa jarang-jarang menikmati temaram purnama. Jadi saya membiarkan saja dua putriku bermain di malam temaram ini.
Usai gotong-royong bersama bapak-bapak, dan anak-anak pun puas bermain diluar, kami kembali ke rumah dan listrik masih padam. Dari pada meratapi masalah karena listrik padam saya memilih menikmatinya dengan keluarga di serambi belakang di atas balai-balai/la'da. Menuturkan nostalgia masa kecil di saat purnama temaram.
"Nak, papa dulu saat kecil kalau purnama begini sangat senang. Main petak umpat, benteng, tapa gala (bahasa Indonesianya apa yah...?) dan banyak lagi," ku membuka cerita dengan mereka.
Yang paling seru jika ada teman mengatongi cemilan ala desa yakni ubi bakar, atau jagung dan kedelai goreng. Jika purnama musim hujan yah...ada cemilan gorengan padi muda yang ditumbuk (waduh lupa lagi..namanya).
Bagi saya sendiri, saat listrik padam begini ingatan selalu melayang di tahun 2009-2010, di saat krisis listrik di wilayah Sulselrabar. Krisis itu memaksa PLN Sultanbatara menerapkan kebijakan pemadaman bergilir. Kebijakan itu telah memberi rejeki yang luar biasa berlimpah bagi saya.
Selama setahunan, saya menangani order iklan pengumuman jadwal pemadaman PLN. Teringat teriakan rekan-rekan di redaksi di saat listrik padam, "Kaya mi seng (lagi) lafiriiii...." Ya ketika jutaan warga/pelanggan PLN di provinsi Sulsel, Sulbar dan Sultra kesal karena krisis listrik, saya segelintir pihak yang mendapatkan kesenangan dan keuntungan dari hal itu.
Indahnya saat listrik PLN padam.....(follow @firlafiri)
