* Dampak Banjir Akibat Pembangunan Abaikan Lingkungan
PEMERINTAH Kota Makassar, seperti pemerintah kota-kota lainnya kini getol memacu pembangunan fisik. Sayangnya, gairah membangun tersebut, tidak diseratai perhituangan dampak ekologis yang memadai.
Akibatnya, sebagian wilayah di kota yang berkembang pesat ini terancam banjir genangan. "Jika faktor ekologis diabaikan, masa datang Makassar bernasib seperti Jakarta," jelas Direktur Jaringan Jurnalis Advokasi Lingkungan (JURNaL Celebes) Mustam Arief di Makassar, Rabu (28/12).
Secara geografis, Kota Makassar berada di dataran rendah rata-rata satu meter di atas permukaan laut.
Ancaman juga datang dari wiayah dataran tinggi kabupupaten terdekat yakni Gowa dan Maros. Dengan dmuarai dua sungai besar yakni Sungai Jeneberang di sebelah selatan dan Sungai Tallo di sebelah utara.
Sementara dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Makassar memacu pembangunan fisik tanpa memperhitungkan tata ruang.
Hampir semua wilayah resapan air telah ditumbuhi perumahan. Kota Makassar dijuluki Kota ruko (rumah-toko) karena hampir setiap jengkal tanah kosong, langsung dibanguni ruko.
JURNaL memperkirakan Diperkirakan sekitar 39.455 jiwa atau kurang lebih 7.891 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Kota Makassar menerima dampak bencana banjir genangan, apabila curah hujan dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang maksimal.
Wilayah yang utama yang menjadi ancaman banjir genangan tersebut tersebar di beberapa kecamatan masing-masing Mariso, Wajo, Manggala, Talamanrea, Tamalate, dan Panakukkang.
Estimasi ini menjadi salah satu simpulan dari proses penyusunan dokumen perencanaan tanggap darurat/kontijensi (contigency plan) oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil (sivil society organization/CSO) di Makassar, bebrapa waktu lalu.(firmansyah)
Penghijauan Sebagai Area Resapan Air
UNTUK mendukung habitat lingkungan perkotaan, menurut PBB, idealnya disediakan ruang terbuka hijau sekitar 30 persen dari luas kota yang bersangkutan.
Kota Makassar sekarang ini hanya memiliki ruang terbuka hijau tidak lebih dari .............persen. Minimnya area resapan air mengakibatkan aliran air hujan di permukaan tanah akhirnya akan menggenang dan menimbulkan banjir.
Selain berfungsi sebagai area resapan air dan ruang interaksi sosial, ruang terbuka hijau ini semakin penting artinya dalam mendukung program Go Greendalam rangka mengatasi Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim ( Climate Change) yang dialami Bumi.(fir)
Ketika Ruang Terbuka Hijau Makassar Terus Berkurang
SEBUAH penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia memastikan setiap tahunnya keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Makassar semakin berkurang.
Kurangnya RTH itu menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara, banjir/genangan (degradasi Iingkungan) dan dampak negatif lain terhadap masyarakat.
Penelitian itu mengungkapkan faktor yang menyebabkan perusakan lingkungan di Makassar karena peraturan Pemkot Makassar lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi hal ini terlihat pada arah perkembangan dan perluasan kota Makassar dimana dari lima zona dimana zona untuk areal konservasi atau RTH tidak gambarkan secara jelas.
Pergantian wali kota juga menjadi penyebab perubahan arah pembangunan terutama dibidang lingkungan hidup.
Dalam RP]MD tahun 2005-2025 masalah lingkungan tidak dijadikan dasar kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Makassar, padahal dalam RPJMD 1999-2004 masih dijadikan dasar kebijakan dalam pembangunan, sehingga untuk mengimplementasikan RPJMD tersebut terkadang RUTRW dilanggar.
Seperti pembangunan pusat perbelanjaan di Tamalanrea atau sepanjang Jl Perintis Kemerdekaan, padahal di wilayah tersebut berdasarkan peruntukannya dikhususkan untuk kegiatan pendidikan, industri dan militer.
Akibat semakin meningkatnya aktifitas penduduk kualitas udara di kota Makassar semakin menurun, dari aktifitas tersebut menghasilkan beban pencemar 71.440,51 gram/hari atau 198.445.861,1 ton/tahun dan CO2 sebesar 383.156,7641 ton/tahun (2000) yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 279.046.694,4 ton/tahun Pb dan 502.254,3426 ton/tahun CO2.
Sehingga dibutuhkan luas RTH 8.621,2673 ha dengan jumlah pepohonan 862.127 batang pohon untuk dapat menyerap zat pencemar diudara.
Sedangkan banjir dan genangan yang terjadi dikarenakan rusaknya lahan di daerah hulu dimana 12.040,63 ha dari total lahan 143.196,37 ha telah menjadi lahan kritis.
Hal ini menghasilkan material longsoran sebesar 235-300 juta m3, yang berdampak pada terjadinya pendangkalan sungai sehingga daya tampung sungai berkurang.
Di samping itu pembangunan permukiman, kawasan industri pada daerah resapan air memberikan konstribusi terhadap terjadinya banjir/genangan di kota Makassar.
Masalah lainnya adalah itu sistem drainase yang kurang baik, dan letak kota Makasaar yang berada pada daerah dataran rendah.
Untuk penanganan banjir hendaknya daerah-daerah .yang merupakan daerah resapan air perlu dipertahankan, disamping itu daerah-daerah ruang terbuka tetap dijaga agar fungsi infiitasi dapat membantu mencegah terjadinya banjir, melakukan koordinasi antar daerah mengenai sistern pengelolaan, penanganan DAS.
Perbaikan sistern drainase, sedangkan pada areal yang telah terbangun didaerah resapan air hendaknya dibuat sumur-sumur resapan disetiap rumah.(fir)
Sumber: http://eprints.ui.ac.id/