.

.

Minggu, 03 November 2013

Kaboro Weki Dou Dena di Makassar

Firibook, Minggu (3/11) - Ini info, kabar dan berita untuk dou Dena  karena info dan catatan ini spesifik bahasa dan bahasannya hehehhe...

Alhamdulllah...akhirnya bisa ngumpul-ngumpul lagi dengan keluarga sekampung. Sepanjang hari ini, kami dou Dena yang tinggal di Makassar ngumpul di rumah kami di Daya.
Acara dadakan itu diisi dengan makan bareng ikan bakar dengan cocolan khas Bima (sia dungga ro doco fo'o) yang ditutup dengan rujak (mangonco).

Pertemuan kali ini kayaknya yang pertama setelah arisan Dena vakum selama dua tahunan belakangan. Vakumnya arisan membuat kami sulit untuk kumpul-kumpul. Untuk itu pada acara ngaha diha sanai ake kami bersepakat untuk memulai kembali arisan itu.

Sejak beberapa keluarga Dena pindah tugas kembali ke Bima, jumlah keluarga Dena di Makassar tinggal dihitung jari. Yang tersisa keluarga saya, Tante Ning (Suharni Je/janda om Mansyur Kotto), Tentara Suhardin, Polisi Amin, Keluarga Intan, Guru Memo dan Guru Suhardi di Takalar, Aba Sari di Bone, Ustad Abu, Aba Hafied dan Om Bram (belum aktif ngumpul), Aba Husni Bugis.Kayaknya cuman ini deh...??

Sejak ditinggal almarhum Om Mansyur Kotto relatif dou Dena di Makassar kehilangan tetua yang menjadi meeting point. Kami berharap ada pengayom dan tetua baru. Berharap sih Om Hafied dan Ustd Abu yang berdomisili di Makassar.

Informasi kedatangan dan kepulangan dou Dena pun sekarang susah diakses dan didapatkan. Dulu untuk tahu siapa lagi yang datang kuliah atau keluarga Dena yang berkunjung ke Makassar, kami tinggal ke Andi Tondro.

Mahasiswa baru dari Dena pun "wajib" melapor diri di Andi Tondro rumah om Mansyur. Sekarang...budaya itu hilang. Saat ini acara-acara ngumpul/kabro weki Dena sementara ini relatif lebih sering dan nyaman di rumah kami.

Kaboro weki biasanya kami isi dengan berbagi cerita dan haba keluarga rasa... Kali ini cerita dan diskusi soal ngau ro loa dou ma tua man toi. Mengalir la cerita soal la ngambi, ompu benco, parafu ro kepercayaan dan ilmu-ilmu para nenek buyut dou Dena.

Membanggakan sih...tapi miris juga karena patut dicurigai bisa menjadi pintu kesyirikan.

Oh ya..dipituskan pula arisan bulanan dou Dena akan dimulai lagi. Gak apa-apa walau cuman segelintir yang bisa bergabung. Bagi dou Dena ro mahasiswa Dena di Makassar yuk bergabug kandiha koboro weki ndai tiap bulan di wadah arisan keluarga dou Dena di Makassar.(@firlafiri)