.

.

Minggu, 20 Oktober 2013

Ternyata Adabnya, Musibah Sebaiknya Disembunyikan

Firibook, Minggu (20/10) - Barusan semalam menulis dan mengupload di blog cerita soal musibah istri terguyur air panas (sebagai maksud mendokumentasikan moment, pelajaran, dan sejarah keluarga), pagi ini, Allah Maha Penyayang langsung "mengirimkan" teguran berupa ilmu adab terkait hal itu.

Bahwa dari kitab Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamahe, kita sebaiknya patut menyembunyikan musibah yang dialami diri dan keluarga.

Ilmu yang update dan terkait langsung dengan kejadian, kegelisahan, gairah dan rencana yang tengah disusun biasanya lengket di benak dan hati. Ini juga biasanya saya lakukan ketika hendak membeli dan membaca buku. Saya mencari referensi yang lagi saya butuh dan semangati.


Alhamdulillah...Ini kutipanya soal adab menyembunyikan musibah:

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: "Di antara wujud pengagungan terhadap Allah dan mengetahui hak-Nya adalah, janganlah engkau mengeluhkan dan janganlah engkau menyebut-nyebut musibah (kesusahan)mu."

Sebuah riwayat pula ketika seseorang bertanya kepada Imam Ahmad: "Bagaimana keadaanmu wahai Abu Abdullah?"

Lalu dia (Imam Ahmad) menjawab: "Baik-baik dan tetap dalam kesehatan." Orang itu bertanya lagi: "Apakah semalam engkau demam?"

Imam Ahmad menjawab: "Jika sudah kukatakan, bahwa aku dalam keadaan kesehatan, maka jangan engkau mendesakku kepada sesuatu yang tidak kusukai." (Imam Ahmad rahimahullah tidak menyukai menceritakan sakitnya kepada orang lain)

Syaqiq al-Bakhli juga berkata: "Barangsiapa yang mengadukan suatu musibah kepada selain Allah, maka dia tidak mendapatkan di dalam hatinya manisnya ketaatan kepada Allah."

Bahkan sebagian orang bijak berkata: "Di antara simpanan kebaikan adalah menyembunyikan musibah.
Orang-orang terdahulu biasa senang mendapat musibah, karena pertimbangan pahalanya."(@firlafiri)