FIRIBOOK - Tadi pagi, saat diperjalanan mengantarkan dua gadis kecilku
membeli sepeda barunya. Di radio tape terdengar program talkshow
kesehatan di sebuah station radio. Temanya seputar makanan dan minuman
yang menyebabkan PENUAAN DINI.
Istriku melirik sembari
tersenyum kepadaku. "Iya deh..papa memang alami penuaan dini." gumamku.
Penuaan diniku ditandai dengan uban yang makin lebat.
Bukan saja rambut di kepala yang menguban, rambut/bulu hidung ku pun
satu dua juga telah memutih. Menyusul sekarang beberapa helai jenggot
juga mulai memutih.
Biasanya kalau ditanya oleh rekan atau
kenalanan soal rambut ubanku, jawaban yang saban ku lontarkan ini karena
faktor gen, faktor keturunan. Atau jika ku lagi mood untuk setengah
bergurau (berarti setengahnya serius) ini karena faktor dan sisa-sisa
pederitaan.
Ya derita saat kuliah...yang tembus hingga 10 tahun
terombang-ambing di kampus. Makin belajar makin susah otakku menerima
lalu pura-pura menjadi aktivis, menjadi demonstran. Lalu derita saat
menjadi karyawan dengan 8P-nya pergi pagi-pagi pulang petang pantat
pegal-pegal penghasilan pas-pasan.
Lalu...derita (yang ini
serius..) sebagai debitur KPRumah dan KPMobil (sisa-sisa ambisi dunia
yang dulu pernah begitu serius ku kejar). Tagihan datang tiap bulan dan
laknat Allah sudah pasti. Astagfirullah..ya Allah berilah kekuatan untuk
menyudahi dan tak lagi menyentuh praktek Ribawi ini.
Biasanya
saya pula berkilah, "Ini cara Allah memperingatkan ku lebih dini soal
usia yang memang tak belia lagi agar tak terus larut dalam memuaskan
syahwat muda." Hehehe..ini ma alasan bisa-bisanya saya aja.
Pernah suatu ketika saat masih kuliah dulu...saat hendak naksir seorang
mahasiswa baru saya sempat menghitamkan uban-ubanku (yang memang mulai
tumbuh sejak saya masih SMP). Berhasil sih ku sembunyikan uban itu tapi
gagal merebut hati si maba brengsek itu...dia tolak mentah-mentah
perasaan cinta membara saya. aghhhkkkkkk.....
Hingga kemudian
saya tak pernah lagi mengecat dan menghitamkan ubanku hingga kini. Gak
ada gunanya...hahahahahha... Paling untuk sedikit mengaburkan si uban
itu, saya memangkas habis hingga hampir plontos tiap 2 pekanan.
Lagi pula istriku tersayang gak pernah protes soal uban itu dan malah
mengaku riang gembira dengan kondisi yang tak gaya ini. "Biar saya gak
perlu repot cemburu-cemburuan. Agar gak diganggu dan digoda-goda wanita
di luar sana," ujarnya. "Hahaiiii...emang masih ada wanita yang khilaf
kayak mama menyukai papa," balasku. Selanjutnya...jika ada iringan lagu
India plus pepohonannya, kami kemudian menari-nari. Hehehe ngarang
ini...
Hingga malam ini ku temukan betul alasan yang sesuai
dengan gairah ku saat ini, gairah spiritual. Sebuah hadist untuk
menjawabnya, Rasulullah sendiri yang membelaku.
"Rasulullah
membenci 10 hal (di antaranya) warna kuning, mengecat uban (dengan warna
hitam), memanjangkan sarung, memakai cincin emas, memakai perhiasan
bukan pada tempatnya, dadu, jampi-jampi, mengantung jimad dan
menyetubuhi wanita yang menyusui lalu hamil" (HR Abu Dawud:3686).
Larangan soal menghitamkan rambut sebenarnya sudah saya ketahui tapi
baru malam ini tanpa sengaja menemukan hadistnya secara rinci.