.

.

Rabu, 25 September 2013

Maaf Gairah (Bisnis) Saya Berubah

Firibook, Kamis (11/7) - Seorang teman pengusaha muda menyapaku usai menunaikan shalat Ashar di sebuah masjid di bilangan Boulevard, kemarin. Seperti biasa sesama pebisnis pemula (ciee...maunya tuh) sapaannya tentu saling menanyakan perkembangan bisnis masing-masing.

Lalu selanjutnya mengalir cerita seputar peluang bisnis dan investasi yang menggoda. Saya tak terlalu merespon gempita cerita rekan itu. Saya kembali sadar ada yang berubah di diri saya akhir-akhir ini, terkait ambisi berbisnis dan berinvestasi.

Itu terutama sejak bergabung di komunitas Indonesian Islamic Bussines Forum (IIBF). Rasanya hasrat berbisnis dan berinvestasiku tak lagi semenggebu-gebu dulu.

IIBF menekankan pada misi untuk mengembangkan pebisnis yang berusaha dan kaya tanpa riba. Keberkahan dari berbisnis dan memiliki kekayaan yang menjadi fokus komunitas ini. Virus Yusuf Mansyur pun turut menjangkiti.

Sungguh berbeda dengan kegairahan saya usai mengikuti pelatihan menjadi pengusaha dari sebuah komunitas yang memproduksi entrepreneur. Saya berapi-api untuk berbisnis dan kaya dengan segala cara yang diajarkan.

Sebut misalnya strategi goreng rekening, gunakan kartu kredit sebagai modal, beli property tanpa uang dapat uang, berkebun emas dan lainnya. Ahh...sesak dada mengenang itu. Dulu teringat pernah berangan-angan dan berambisi untuk miliki ruko dan banyak property, segudang emas dan aset, dan seabrek keranjang investasi.

Orientasi melejitkan bisnis dan kekayaan dengan instant dan otak kanan (katanya...) saya sih belakang sadar itu ma dengan otak ngibul, otak tipu muslihat. Tak ada lagi ambisi itu kawan, kalau pun kelak saya miliki bisnis dan investasi yang besar, kekayaan yang banyak saya yakin itu bonus dari Allah.

Walau sebenarnya saya bersyukur dan berterima kasih kepada komunitas tersebut karena membangkitkan spirit saya untuk menjadi pebisnis, virus dari mereka telah menggelisahkan saya untuk mempensiunkan diri dan tobat profesi lebih dini, tentu dengan membabi buta tanpa persiapan dan rencana matang (tunggu cerita tentang ini selanjutnya...).

Ya...kini saya beranggapan bisnis itu tidak boleh lagi menjadi tujuan utama dan mendominasi pikiran dan tindakan keseharian. Bisnis hanya sebagai alat semata. Yang utama dibenak pikiran dan aktivitas yakni berusaha menegakkan ayat-ayat Allah (beribadah, berakhlak) dan membantu agama Allah (berdakwah).

Bisnis dan kinerja/keuntungan hanya sebagai bonus Allah dari fokus dan perhatian kita beribadah, berakhlak dan berdakwah. Tentunya penuturan saya ini selalu didebat habis-habisan oleh rekan2.

Dalil teman-teman saya biasanya seperti "Berbisnis juga ibadah pak aji..." (tapi kok saat adzan ndak bergegas ke masjid), "Kejarlah dunia seakan kita hidup selamanya" (karena kita bakal hidup selamanya makanya nyante aja berurusan dengan urusan dunia...hidup masih lama lagi...kikikikik).

Mari berbisnis dan kaya dengan keridhoaan Allah dari ibadah, akhlak dan dakwah yang kita tunaikan.(*)