.

.

Rabu, 25 September 2013

Beriman dengan Heroik, Gak Malu Besyariat

* Catatan dari Kemenangan SMA 1 Madapangga Sebagai Terbaik Nasional

FIRIBOOK -
Sepuluh siswa-siswi terbaik SMA 1 Madapangga, Bima, sukses menjadi yang terbaik nasional menggungguli ribuan SMA dan sederajat se-Indonesia. Mereka menjadi terbaik pada ajang Cerdas Cermat Konstitusi yang digelar MPR/DPR RI. Ah..membanggakan sekali menonton siaran live di TVRI pusat, pekan lalu.

Saya menonton dengan suka cita di sebuah warkop (lagi ada kerjaan..ngatak-ngetik sembari ngopi) di Makassar. Dan dengan bangga saya menginfokan kepada pengunjung warkop "Itu anak-anak desa saya, itu ponakan saya yang juru bicara," Ah mereka awalnya ndak mau peduli...sudah siaran dari TVRI, eh cerdas-cermat lagi. gak menarik banget....

Mungkin karena mereka iba dan terganggu dengan kehebohan saya lalu dua, empat orang bergabung bersama saya menonton bareng siaran live final itu. Sesekali mereka tersenyum kecil mendengarkan nada bicara/menjawab dari SMA 1 Madapangga yang khas logat Bima dengan huruf E yang kedengaran ala orang Batak atau Toraja bicara.

SMA 1 Madapangga dulu SMA 2 Bolo, SMA pertama di kecamatan kami sebagai kecamatan baru di Kabupaten Bima. SMA 1 Madapangga terletak di Desa Dena (desa asal saya) yang menjadi ibukota kecamatan Madapangga.

Paragraf di atas sengaja saya tuliskan untuk menunjukkan keluarbiasaan bahwa 10 anak desa, mayoritas anak petani telah mengalahkan dan menjadi terbaik dari seluruh SMA dan sederajat yang mengikuti event tahunan itu.

Broadcash BB ku sebar dan beberapa grup ku infokan. "Yang mana ponakan mu..gak ada yang mirip," ujar rekan di sebuah grup BB ku. Iya sih...ponakan jauh gitu..anaknya seorang tante lain nenek. Uh..dasar kok soal silsilah sih yang dibahas, soal anak2 yang membanggakan itu oee....

Dari penampilan 10 anak-anak itu, saya merasa bangga dengan cara mereka menjawab dengan selalu memulai dengan mengucapkan Bismillahirahmahnirrahim, bukan dalam hati tapi dilafalkan dan terdengar menjadi bagian dari jawaban tiap pertanyaan. Kayaknya memang arahan dari guru pembimbingnya (salut...). Group dari SMA Tangerang ingin melakukan hal serupa tapi gak konsisten...

Kebanggaan lain, seluruh peserta cewek mengenakan jilbab. Jangan mengira SMA 1 Madapangga sebagai SMA Madrasyah Aliyah, itu SMA umum. "Kalian telah bersyiar. Bangga dengan busana syari'ih, heroik atas keimananmu" gumamku.

Ucapan bismillah yang tak sekadar dilafalkan pada saat awal memulai namun di setiap jawabn yang diucapkan saya nilai menjadi energi tersendiri yang memudahkan dan melancarkan.

Bismillah yang diucapkan setiap memulai aktivitas menurut Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah (jualan ku itu dulu hehehe...sekang masih sih kalau ada yang order) sebagai ikrar kita dengan keyakinan Allah bersama kita dalam pekerjaan dan aktivitas tersebut.

Luar biasa, bersama Allah para siswa-siswi SMA 1 Madapangga itu menjawab pertanyaan para juri, begitu mungkin tafsiran lainnya versi saya. Tidak semua orang bisa mengucapkan dengan konsisten Bismillah, kecuali yang memang dimudahkan Allah untuk mengingatnya dan tentunya yang diridhoiNya.

Misalnya, hampir semua perokok tak pernah sadar untuk mengucapkan Bismillah saat memulai membakar dan mengisap rokoknya. (Udah dah ngaku aja...saya juga dulu perokok kok)

***

Sebelumnya, pagi harinya di hari yang sama. Saya dan rekan lainnya dilantik oleh President Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono sebagai pengurus wilayah IIBF Sulsel.

Usai pelantikan, Heppy menyampaikan orasi Kebangkitan Pengusaha Muslim. Salah satu point yang dia utarakan soal "Beriman dengan Heroik" dalam berbisnis.

Ia menuturkan kisahnya sebagai ilustrasi hal itu. Suatu ketika di Bandara JFK, Amerika Serikat, saat waktu shalat telah tiba ia tanpa segan dan malu menggelar sajadah dan shalat dengan ditonton ratusan puluhan mata dibandara teramai dunia itu. Saat itu baru saja terjadi tragedi 11 September.

"Saya makin khusuk dan menangis karena dari ribuan orang yang berada di bandara itu hanya saya yang shalat dan mengagungkan Allah di tempat itu, tanpa takut apalagi malu." ujarnya. Menurut Heppy, Allah sanagt suka pada ummatNya yang heroik dalam beriman.

Rasulullah misalnya dengan heroik menolak ajakan pamannya untuk menghentikan dakwahnya. "Jika matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku maka tak akan ku hentikan mesyiarkan Islam," pekik Rasulullah.

Dua cerita di atas tentunya cukup relevan dengan hijrah yang tengah dan baru kulakukan dalam pekan-pekan belakangan. Membebaskan diri dari busana yang "Isbal" atau melewati mata kaki. Celana panjang dan gamis shalat semua sudah terpangkas semua.

Bagi sebagian orang perubahan ini hal yang bisa, tapi bagi saya--dengan latar pergaulan dan komunitas yang bukan dari lingkungan keagamaan--hal ini luar biasa dan berat (terutama malunya dengan olokan rekan dan repotnya menjelaskan ke keluarga).

Apalagi, saya termasuk individu yang pernah mengolok-ngolok perintah Allah untuk gaya ber "celana kebanjiran" itu (astagfirullah...). Belakangan setelah mantap kajian dan membaca referensi dalil yang menganjurkan busana syari'ih plus ancamanNya, hati makin yakin. Dan Bismillah terbebas dari isbal.

"Berjenggot hanyalah dianjurkan, sedangkan busana tak isbal diperintahkan disertai ancaman dari Allah bagi yang tak memenuhinya," ujar seorang rekan sembari mengutip sebuah hadist, kata-kata Rasulullah, bukan kata-kata para ulama apalagi kata-kata hanya seorang teman yakni “Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari).

Ya...pekan-pekan ini saya lagi "magang" berbusana tak isbal, menguatkan diri dalam ber (busana) sesuai syariat. Yah itung-itung mencoba bersyariat yang sederhana dan beramal kecil-kecil aja dulu, moga menjadi stimulus untuk hal yang berat seperti keikhlasan, kesabaran, kekhusukan, kerendahan hati dan istiqomah dalam ketakwaan. Insyallah...