* Catatan dari Kemenangan SMA 1 Madapangga Sebagai Terbaik Nasional
FIRIBOOK - Sepuluh siswa-siswi terbaik SMA 1 Madapangga, Bima, sukses
menjadi yang terbaik nasional menggungguli ribuan SMA dan sederajat
se-Indonesia. Mereka menjadi terbaik pada ajang Cerdas Cermat Konstitusi
yang digelar MPR/DPR RI. Ah..membanggakan sekali menonton siaran live
di TVRI pusat, pekan lalu.
Saya
menonton dengan suka cita di sebuah warkop (lagi ada
kerjaan..ngatak-ngetik sembari ngopi) di Makassar. Dan dengan bangga
saya menginfokan kepada pengunjung warkop "Itu anak-anak desa saya, itu
ponakan saya yang juru bicara," Ah mereka awalnya ndak mau
peduli...sudah siaran dari TVRI, eh cerdas-cermat lagi. gak menarik
banget....
Mungkin karena mereka iba dan terganggu dengan
kehebohan saya lalu dua, empat orang bergabung bersama saya menonton
bareng siaran live final itu. Sesekali mereka tersenyum kecil
mendengarkan nada bicara/menjawab dari SMA 1 Madapangga yang khas logat
Bima dengan huruf E yang kedengaran ala orang Batak atau Toraja bicara.
SMA 1 Madapangga dulu SMA 2 Bolo, SMA pertama di kecamatan kami sebagai
kecamatan baru di Kabupaten Bima. SMA 1 Madapangga terletak di Desa
Dena (desa asal saya) yang menjadi ibukota kecamatan Madapangga.
Paragraf di atas sengaja saya tuliskan untuk menunjukkan keluarbiasaan
bahwa 10 anak desa, mayoritas anak petani telah mengalahkan dan menjadi
terbaik dari seluruh SMA dan sederajat yang mengikuti event tahunan itu.
Broadcash BB ku sebar dan beberapa grup ku infokan. "Yang mana ponakan
mu..gak ada yang mirip," ujar rekan di sebuah grup BB ku. Iya
sih...ponakan jauh gitu..anaknya seorang tante lain nenek. Uh..dasar kok
soal silsilah sih yang dibahas, soal anak2 yang membanggakan itu
oee....
Dari penampilan 10 anak-anak itu, saya merasa bangga
dengan cara mereka menjawab dengan selalu memulai dengan mengucapkan
Bismillahirahmahnirrahim, bukan dalam hati tapi dilafalkan dan terdengar
menjadi bagian dari jawaban tiap pertanyaan. Kayaknya memang arahan
dari guru pembimbingnya (salut...). Group dari SMA Tangerang ingin
melakukan hal serupa tapi gak konsisten...
Kebanggaan lain,
seluruh peserta cewek mengenakan jilbab. Jangan mengira SMA 1 Madapangga
sebagai SMA Madrasyah Aliyah, itu SMA umum. "Kalian telah bersyiar.
Bangga dengan busana syari'ih, heroik atas keimananmu" gumamku.
Ucapan bismillah yang tak sekadar dilafalkan pada saat awal memulai
namun di setiap jawabn yang diucapkan saya nilai menjadi energi
tersendiri yang memudahkan dan melancarkan.
Bismillah yang
diucapkan setiap memulai aktivitas menurut Prof Quraish Shihab dalam
Tafsir Al Mishbah (jualan ku itu dulu hehehe...sekang masih sih kalau
ada yang order) sebagai ikrar kita dengan keyakinan Allah bersama kita
dalam pekerjaan dan aktivitas tersebut.
Luar biasa, bersama
Allah para siswa-siswi SMA 1 Madapangga itu menjawab pertanyaan para
juri, begitu mungkin tafsiran lainnya versi saya. Tidak semua orang bisa
mengucapkan dengan konsisten Bismillah, kecuali yang memang dimudahkan
Allah untuk mengingatnya dan tentunya yang diridhoiNya.
Misalnya, hampir semua perokok tak pernah sadar untuk mengucapkan
Bismillah saat memulai membakar dan mengisap rokoknya. (Udah dah ngaku
aja...saya juga dulu perokok kok)
***
Sebelumnya,
pagi harinya di hari yang sama. Saya dan rekan lainnya dilantik oleh
President Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono
sebagai pengurus wilayah IIBF Sulsel.
Usai pelantikan, Heppy
menyampaikan orasi Kebangkitan Pengusaha Muslim. Salah satu point yang
dia utarakan soal "Beriman dengan Heroik" dalam berbisnis.
Ia
menuturkan kisahnya sebagai ilustrasi hal itu. Suatu ketika di Bandara
JFK, Amerika Serikat, saat waktu shalat telah tiba ia tanpa segan dan
malu menggelar sajadah dan shalat dengan ditonton ratusan puluhan mata
dibandara teramai dunia itu. Saat itu baru saja terjadi tragedi 11
September.
"Saya makin khusuk dan menangis karena dari ribuan
orang yang berada di bandara itu hanya saya yang shalat dan mengagungkan
Allah di tempat itu, tanpa takut apalagi malu." ujarnya. Menurut Heppy,
Allah sanagt suka pada ummatNya yang heroik dalam beriman.
Rasulullah misalnya dengan heroik menolak ajakan pamannya untuk
menghentikan dakwahnya. "Jika matahari diletakkan di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku maka tak akan ku hentikan mesyiarkan Islam,"
pekik Rasulullah.
Dua cerita di atas tentunya cukup relevan
dengan hijrah yang tengah dan baru kulakukan dalam pekan-pekan
belakangan. Membebaskan diri dari busana yang "Isbal" atau melewati mata
kaki. Celana panjang dan gamis shalat semua sudah terpangkas semua.
Bagi sebagian orang perubahan ini hal yang bisa, tapi bagi saya--dengan
latar pergaulan dan komunitas yang bukan dari lingkungan keagamaan--hal
ini luar biasa dan berat (terutama malunya dengan olokan rekan dan
repotnya menjelaskan ke keluarga).
Apalagi, saya termasuk
individu yang pernah mengolok-ngolok perintah Allah untuk gaya ber
"celana kebanjiran" itu (astagfirullah...). Belakangan setelah mantap
kajian dan membaca referensi dalil yang menganjurkan busana syari'ih
plus ancamanNya, hati makin yakin. Dan Bismillah terbebas dari isbal.
"Berjenggot hanyalah dianjurkan, sedangkan busana tak isbal
diperintahkan disertai ancaman dari Allah bagi yang tak memenuhinya,"
ujar seorang rekan sembari mengutip sebuah hadist, kata-kata Rasulullah,
bukan kata-kata para ulama apalagi kata-kata hanya seorang teman yakni
“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR.
Bukhari).
Ya...pekan-pekan ini saya lagi "magang" berbusana tak
isbal, menguatkan diri dalam ber (busana) sesuai syariat. Yah
itung-itung mencoba bersyariat yang sederhana dan beramal kecil-kecil
aja dulu, moga menjadi stimulus untuk hal yang berat seperti keikhlasan,
kesabaran, kekhusukan, kerendahan hati dan istiqomah dalam ketakwaan.
Insyallah...