- Program Bibit Gratis Komoditi Perkebunan Pemprov Sulsel (2-Habis)
Upaya peningkatan
produktivitas komoditi itu melalui pembagian berbagai jenis bibit komoditi
perkebunan secara gratis kepada masyarakat petani di daerah ini. Pemberian
bibit gratis tersebut merupakan kebijakan Gubernur Sulsel DR H Syahrul Yasin
Limpo SH Msi MH dan Wagub H Agus Arifin Nu’mang.
Pembagian bibit
secara cuma-cuma itu dilakukan sejak 2009 lalu. Tiap tahun jumlah bibit yang
dibagikan bertambah jumlah dan jenisnya.
“Awalnya hanya
dibagikan bibit kopi arabika, kelapa dalam, cengkeh, kelapa sawit. Namun pada
tahun ini ditambah juga bibit pala, karet, nilam, lada dan cengkeh,” urai Kepala
Disbun Sulsel DR Ir HA Burhanuddin Mustafa MS di ruang kerjanya pekan lalu di
kantor Disbun Sulsel, Jl Perkebunan Makassar.
Beberapa upaya dan
kebijakan perkebunan yang didorong Gubernur Sulsel DR H Syahrul Yasin Limpo SH
MH MSi, diakui oleh Burhanuddin, untuk menggenjot produktivitas. “Orang baru memikirkan Pemprov Sulsel sudah menjalankan,”
tuturnya.
Pada tahun 2009, bibit yang dibagi masing-masing untuk kopi arabika
sebanyak 150 ribu, kelapa dalam 30 ribu, cengkeh 12 ribu, dan kelapa sawit
sebanyak 4.000.
Selanjutnya dalam tiga tahun terakhir, Pemrov Sulsel menambah jumlah
keempat jenis bibit gratis itu yang bisa dinikmati masyarakat, hingga tahun ini
mencapai total untuk kopi arabika sebanyak 670 ribu, kelapa dalam 323 ribu,
cengkeh 295.750, dan kelapa sawit sebanayk 65 ribu.
Pada tahun ini, seiring tekad Gubernur Syahrul untuk menjadikan sektor
perkebunan Sulsel terkemuka nasional, jenis bibit gratis yang diberikan
ditambah dengan bibit pala, karet, nilam, lada dan cengkeh.
Masing-masing untuk bibit pala sebanyak 20 ribu, karet 10 ribu, nilam 300
ribu stek, lada 120 ribu, dan cengkeh 240 ribu. Total pembagian bibit gratis
yang telah direalisasikan telah mencapai 2.043.750 bibit.(adv)
Bibit Gratis untuk Masyarakat
- Kopi arabika : 670 ribu
- Kelapa dalam : 323 ribu
- Cengkeh : 295.750
- Kelapa sawit : 65 ribu
- Pala : 20 ribu
- Karet : 10 ribu
- Nilam : 300 ribu
- Lada : 120 ribu
Mengakomodir Minat Tanam Petani
KEPALA Dinas Perkebunan Sulsel, Burhanuddin Mustafa mengaku
pengembangan sejumlah komoditi perkebunan selain mengacu pada rencana strategis
juga pada trend dan minat petani.
Misalnya kini banyaknya petani beralih menanam komoditas lain selain kopi. Di
sejumlah kabupaten yang sebelum adalah sentra pengembangan kopi arabika,
seperti Toraja Utara, Luwu Utara, Enrekang, dan Luwu banyak petani yang lebih
memilih mengembangkan komiditas lainnya seperti nilam.
Menyusul, membaiknya harga jual komoditas tersebut. Pemerintah Sulsel
mengaku, pihaknya tidak dapat memaksa petani untuk tetap mengembangkan kopi,
meskipun telah disiapkan benih gratis. Dalam UU No.12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman, petani memiliki hak prerogatif untuk memanfaatkan lahannya.
“Untuk itu kami juga menyiapkan bibit gratis nilam pada tahun ini hingga
300 ribu bibit,” tuturnya.(adv)
Mengoptimalkan
Potensi Perkebunan Menyejahterakan Sulsel
SEJUMLAH
potensi di sektor perkebunan di daerah ini akan terus dioptimalkan peningkatan
kualitas dan kuatitas produksi untuk mendukung pertumbuhan ekspor dan
perekonomian masyarakat Sulsel.
"Kami menetapkan skala prioritas untuk
pengembangan potensi perkebunan, terutama bagi komoditas unggulan misalnya
kakao, kopi, kelapa, dan kemiri," kata Kepala Dinas Perkebunan Sulsel DR
Ir HA Burhanuddin Mustafa MS di Makassar.
Burhanuddin menegaskan, kinerja sektor perkebunan di
Sulsel mengalami peningkatan secara signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Imbas dari peningkatan sektor perkebunan tersebut,
secara langsung memberikan dampak peningkatan terhadap kesejahteraan petani.
Apalagi komoditas andalan yang dikembangkan harganya cukup kompetitif di pasar
internasional.
Data yang dihimpun dari Dinas Perkebunan Sulsel
menunjukkan lonjakan produksi komoditi perkebunan di Sulsel. Pada 2010 tercatat
total produksi perkebunan daerah ini mencapai 450.726 ton atau senilai Rp 8.136 triliun.
Khusus produksi kakao pada 2010 mencapai 172.083 ton
atau naik dibandingkan periode 2009 yang hanya sekitar 163.000 ton.
Sementara untuk produksi kopi robusta pada 2010
tercatat sebanyak 16.177 ton atau lebih tinggi dibanding produksi tahun
sebelumnya yakni 14.137 ton.
"Dengan adanya peningkatan produksi di sektor
perkebunan tersebut, diharapkan realisasi pendapatan asli daerah juga semakin
bertambah," katanya. Dinas Perkebunan merupakan salah satu unit kerja yang
meraih penghargaan dari Gubernur Sulsel atas kontribusinya yang signifikan
terhadap peningkatan PAD Sulsel.
Pengoptimalan seluruh potensi di sektor perkebunan
Sulsel termasuk komoditi
semusim seperti tebu, kapas, dan tembakau (Lihat:
Komoditi Semusim Sulsel), itu juga melalui penyuluhan kepada
para petani maupun memberikan bantuan sarana produksi.(adv)
Penghargaan
Sektor Perkebunan Sulsel
ATAS capaian kinerja sektor perkebunan di
Sulsel, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Dinas Perkebunan Sulsel
menerima sejumlah penghargaan di antaranya:
- Penghargaan Pioner Kakao Vermentasi
- Pelaksana Gernas Kakao Terbaik Nasional
- Anugerah Inovasi Perkebunan
- Juara Kontes Cita Rasa Kopi
- Juara Pendamping Perkebunan
- Penghargaan Gapoktan Terbaik
- Penghargaan Realisasi Target PAD Tertinggi
Komoditi
Semusim Sulsel
- Tebu: * Area tebu rakyat di Gowa, Takalar, Bone dan Wajo * Total lahan seluas 2.400 ha * Produktivitas tebu rakyat 55-65 ton tebu/hektar * Target penambahan areal budidaya 3.500 ha dengan produktivitas 60 ton/ha * Produksi gula Sulsel 120 ribu ton/tahun
- Kapas: * Menyumbang 5 % produksi nasional * 5.000 ha area tanam * Terdapat di Wajo, Takalar, Gowa, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Bone, dan Soppeng * Produksi mencapai 550-600 kg/ha * Target produksi 1.000 kg/ha * Total produksi kapas Sulsel mencapai 1.800 ton kapas berbiji * Target areal kapas 2012: 5065 ha dengan produtivitas 1 ton/ha * Harga kapas Rp 4.400/kg
- Tembakau: * Produksi tembakau 600-700 kg/ha tembakau rajangan * Target produktivitas sebesar 1.000 kg/ha