* Dipacu Pelaksanaan Kesehatan Gratis di Sulsel
ICPD Kairo 1994 menyerukan agar semua pemerintahan (negara, provinsi hingga kabupaten) berusaha untuk membuat pelayanan kesehatan reproduksi dapat terjangkau oleh semua masyarakat, melalui sistem pelayanan kesehatan dasar dalam waktu sesingkat-singkatnya sebelum 2015.
Komitmen ini pula diakui Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dr H Rachmat Latief SpPD MKes FINASIM, menjadi salah satu yang mendasari pelaksanaan Program Kesehatan Gratis.
Sejumlah upaya dilakukan Pemprov Sulsel melalui Dinas Kesehatan dalam ruang lingkup semua komponen pelayanan kesehatan reproduksi.
Komponen pelayanan itu menurut Rachmat, yakni pelayanan KB termasuk konseling, pendidikan dan pelayanan saat kehamilan, persalinan yang aman dan pelasanan paska persalinan, pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk kasusu infertilitas.
Termasuk upaya pencegahan dan pelaksanaan konsekuensi aborsi tidak aman. "Hingga kampanye dan upaya pencegahan utuk mengurangi kekerasan seksual," urainya.
Di Sulsel, sejauh ini pelayanan yang sudah dilaksanakan di puskesmas pada umumnya pada empat dari enam komponen esensial dari aksi universal akses kesehatan reproduksi.
Komponen yang dioptimalkan pelayanan itu yakni kesehatan ibu dna anak (KIA), KB, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual dan kesehatan reproduksi remaja.
Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulsel dr H Andi Mappatoba, DTAS, MBA (HPN), menambahkan, dalam lingkup pembangunan kesehatan reproduksi itu, Sulsel pada tahun lalu telah mencatatkan sejumlah capaian dan pelaksanaan program.
Capaian itu khususnya terkait program kesehatan ibu dan anak serta KB. (lihat: Kematian Ibu Berkurang Signifikan). "Untuk pengembangan kesehatan reproduksi remaja, telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan peduli remaja di puskesmas," urainya.
Implementasi dari program itu yakni PKM Peduli Remaja. Program itu telah dibentuk di 23 kabupaten/kota.
"Dimana petugas di tingkat pelayanan dasar dipersiapkan dengan pelayanan remaja yang bersifat bersahabat atau peduli terhadap remaja," urai Mappatoba
Pada tahun 2006 dan 2007, Dinas Kesehatan Sulsel telah mengadakan pelatihan Puskesmas Peduli Remaja di 23 kabupaten/kota masing-masing satu puskesmas sebagai pilot project.
Dan pada tahun 2008 dilaksanakan pelatihan trainer of trainer (TOT) fasilitator PKPR dari 20 kabupaten/kota terpilih.(adv/fir)
Kematian Ibu Berkurang Signifikan
LEBIH khusus soal program kesehatan ibu dan anak serta KB di Sulsel, Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulsel dr H Andi Mappatoba, DTAS, MBA (HPN) menenjelaskan pada 2009 lalu telah dicapai sejumlah target.
Kunjungan pertama kali atau kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan mencapai 97,91 persen dari target 95 persen. Demikian pula untuk kontak terakhir melampaui target, dari target 80 persen sebanyak 84,47 persen ibu hamil di Sulsel melakukan kontak keempat.
Persalinan oleh tenaga kesehatan juga sepanjang tahun lalu telah mencapai 83,88 persen dari target 80 persen. Sedangkan penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan sesuai dengan target yakni 50 persen.
"Untuk melayani kasus gawat darurat kebidanan dan bayi baru lahir di kabupaten/kota, Dinkes Sulsel juga telah mendorong pembentukan puskesmas mampu PONED (Penanganan obstetry nenatal emergency dasar)," tutur Mappatoba
Masing-masing kabupaten dibentuk dua puskesmas mampu PONED atau jumlah total di Sulsel sebanyak 67 puskesmas.
Kemudian untuk memperkuat akses dan kualitas pelayanan terhadap ibu dan anak saat ini, ungkapnya, telah ditempatkan 3.030 bidan di 399 puseksmas se-Sulsel.
"Dengan ketersediaan sumber daya itu imbasnya terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu hamil dan ibu bersalin. Pada 2009 lalu kasus kematian 114 kasus atau turun dibanding tahun 2006 (141 kasus) dan 131 kasus pada 2007," katanya.(fir)
tips hidup bersih & sehat
Jangan Merokok di Rumah, Ini Dia Bahayanya
DALAM 10 perilaku hidup bersih dan sehat (BHBS) yang ditetapkan Departemen Kesehatan, salah satunya merekomendasikan untuk tidak merokok di rumah. Mengapa hal itu dilarang tak karena sejumlah damapk buruk yang diakibatkan.
Efek rokok memang sungguh buruk, tak hanya bagi si pengisap, tetapi juga untuk perokok pasif pertama dan kedua di rumah Anda.
Perokok pasif pertama adalah orang yang kebetulan berada satu ruangan dengan perokok dan ikut menghirup asapnya.
Sedangkan perokok pasif kedua adalah orang lain yang terkena residu asap rokok tersebut melalui pakaian, rambut, mobil, atau apa pun yang terkena hembusan asap tersebut.
Mereka adalah keluarga Anda. Kecintaan macam apa jika perilaku Anda membahayakan keluarga sendiri, khususnya bagi para perkok pasif kedua?
Menurut para peneliti, residu asap rokok bisa sangat berbahaya untuk anak-anak yang mungkin akan menjilat atau menyentuh permukaan benda-benda yang terpapar asap tersebut.
Para peneliti di Lawrence Berkley National Laboratory di California telah mempelajari nikotin yang terserap di materi di dalam ruangan, atau interior di dalam mobil perokok.
Hasilnya menunjukkan bahwa menghindar dari ruangan dimana banyak orang sedang merokok tidak cukup melindungi kesehatan Anda.
Seperti yang kami lansir dari female.kompas.com, Dr Hugo Destaillats, seorang ahli kimia lingkungan yang tergabung dalam studi tersebut, mengatakan, "Karena kontak berulang dengan permukaan -seperti pakaian, kulit, perabotan- dan debu, bayi dan anak-anak akan terkena risikonya."
Penemuan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Scientists ini, menyarankan agar Anda sebisa mungkin tidak menyentuh karpet tua, kursi, tirai, atau benda-benda lain yang mungkin sudah terpapar tembakau.
Untuk Anda yang merokok, ubahlah sikap Anda yang egois. Jangan lagi merokok di ruang tertutup seperti di dalam rumah (termasuk di dalam kendaraan umum), atau ruang terbuka bila memang masih ada orang di sekitar Anda.
Setiap orang berhak atas udara yang bersih, jadi hargailah mereka.(fir)
* Drs Haryamin Apt Mkes, Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Sulsel